Kepada Suara.com, perempuan asal Padang Panjang tersebut mengungkapkan bagaimana pola asuh manjujai terbukti dapat memperbaiki perkembangan fisik dan psikologis anak ke arah yang lebih baik.
Dimulai pada 2011 lalu ketika Helmizar melakukan penelitian terhadap sekitar 360 anak usia enam sampai sembilan bulan selama enam bulan yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Dari 360 anak yang terlibat, Helmizar membaginya ke dalam empat kelompok yaitu anak yang diberi intervensi berupa stimulasi manjujai dan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) berbahan dasar pangan lokal; kelompok anak yang diberi intervensi manjujai saja; anak yang diberi intervensi MPASI saja; dan anak kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi apa-apa.
Sebagai tambahan, ada sekitar 24 jenis stimulasi manjujai yang diajarkan. Diantaranya adalah nyanyian nina bobo khas Minangkabau, tepuk ambai-ambai, daag, mari merangkak, mencari mainan, tebak suara, ayo berdiri, makan sendiri, buku pertamaku, ciluk-ba, hingga permainan tangkap bolanya.
Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional: Stunting dan JKN Jadi Isu Prioritas
Hasilnya, anak yang diberi intervensi manjujai dan MPASI memiliki perkembangan yang paling pesat dibanding kelompok lainnya.
"Rata-rata kenaikan tinggi badan sekitar tujuh sentimeter selama enam bulan. Dan kenaikan paling tinggi ada pada kelompok yang kita berikan MPASI dan manjujai," kata Helmizar kepada Suara.com.
Memasuki bulan keenam, kenaikan rata-rata panjang badan kelompok anak yang diberikan MPASI dan manjujai mencapai 6.66 cm sementara anak kelompok kontrol hanya lima sentimeter.
"Pada anak, pertambahan tinggi badan dan panjang badan adalah 12 cm setahun. Jadi ini sudah maksimal bagi mereka," kata Helmizar.
Pun dengan rerata kenaikan berat badan tertinggi ada pada kelompok MPASI dan manjujai dan terendah pada kelompok kontrol dengan rata-rata kenaikan berat badan tertinggi yaitu 6.86 kg.
Baca Juga: Cegah Stunting, Remaja Perlu Mendapat Edukasi Soal Gizi dan Nutrisi
Bukan hanya perkembangan fisik, manjujai juga dianggap dapat memberikan dampak positif yang lain. Lewat penelitiannya, Helmizar juga menggandeng psikolog yang bekerja di awal dan di akhir penelitian.
"Perkembangan anak kami ukur dengan alat diagnosis psikologi yang disebut Bayley Scales untuk melihat empat perkembangan dasar yaitu perkembangan kognitif, motorik halus, motorik kasar hingga bahasa."
Untuk kenaikan fungsi kognitif, anak yang diberi intervensi manjujai dan MPASI mengalami rerata kenaikan motorik sampai 21.38 point sementara kelompok manjujai berada diurutan medua dengan skor 18.89 point, disusul kelompok MPASI dengan 16.04 point dan kelompok kontrol dengan 15.21 point.
"ini signifikan sekali. Secara teoritis ini sesuai dengan apa yang kami pelajari bahwa anak yang diberikan makanan memikiki energi untum bergerak dan anak yang diberikan stimulasi manjujai akan lebih aktif karena menggunakan semua organ motoriknya," tambah Helmizar.
Ingin tahu lebih lengkap soal manjujai dan dampaknya pada pencegahan stunting? Simak di halaman selanjutnya ya!