Kasus Teror Sperma di Tasikmalaya, Ini Penjelasan Eksibisionisme dari Pakar

Senin, 18 November 2019 | 13:48 WIB
Kasus Teror Sperma di Tasikmalaya, Ini Penjelasan Eksibisionisme dari Pakar
Ilustrasi pelecehan seksual (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Gangguan eksibionisme ini biasanya terjadi sejak awal pubertas, yakni saat remaja sejak mereka sudah memiliki dorongan seksual, termasuk memamerkan alat kelamin di tempat umum.

"Dorongan untuk memamerkan alat kelaminnya sangat kuat dan hampir tidak dapat dikendalikan oleh penderitanya, terutama ketika mereka mengalami kecemasan dan saat muncul gairah seksual," jelasnya.

Pada saat memamerkan alat kelaminnya, penderita eksibisonis biasanya tidak peduli dengan konsekuensi sosial dan hukum mengenai tindakannya. Dalam beberapa kasus, tindakan ini memang dilakukan sambil masturbasi dengan melihat ekspresi korban.

"Pada kasus yang ini malah diduga sampai melemparkan cairan sperma, yang berarti jika itu benar, si eksebisionis mengalami ejakulasi dari aksinya," tandasnya.

Baca Juga: Begini Penampilan Barbie Kumalasari Usai Sulam Bibir

Eksibisionis, salah satu jenis kelainan seksual. (Shutterstock)
Eksibisionis, salah satu jenis kelainan seksual. (Shutterstock)

Tindakan seperti ini tentu membuat korban merasa trauma hingga dirugikan. Bahkan korban bisa membawanya ke ranah huku sebagai bentuk pelecehan seksual. Meski begitu, bukan berati orang dengan gangguan eksibisionisme ini tidak mengalami kesulitan.

"Sebenarnya orang dengan gangguan eksibisionisme justru mengalami perasaan tertekan atau distress atas gangguannya tersebut, dan hal ini bukan sekedar berasal dari perasaan tertekan karena melakukan pelanggaran norma sosial-budaya," paparnya.

Adapun kriteria seseorang mengalami gangguan eksibionisme, yakni perilaku terjadi berulang atau intens selama 6 bulan, adanya fantasi, dorongan dan perilaku yang menimbulkan gairah seksual dengan cara memamerkan alat kelamin.

"Orang yang bersangkutan bertindak berdasarkan dorongan tersebut, atau dorongan dan fantasi menyebabkan orang tersebut sangat menderita atau mengalami masalah interpersonal," jelasnya.

Baca Juga: Barbie Kumalasari Juga Sulam Alis, Amankah dari Sisi Kesehatan?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI