Benarkah Jenis Mainan Bisa Memicu Kelainan Orientasi Seksual Anak?

Minggu, 17 November 2019 | 06:24 WIB
Benarkah Jenis Mainan Bisa Memicu Kelainan Orientasi Seksual Anak?
Anak bermain mainan balok. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orangtua akan merasa khawatir, lalu melarang anaknya bermain permainaan yang sangat spesifik gender. Seperti anak laki-laki bermain boneka atau perempuan bermain mobil-mobilan.

Padahal tahu nggak sih bunda, menurut pakar tidak ada satu pun loh permainan yang bisa membahayakan dan memicu orientasi seksual yang berbeda jadi penyuka lawan jenis alias LGBT.

"Jadi, aku pendekatannya tidak ada permainan atau kegiatan yang itu sebagai sumber pemicu utama anak punya gangguan (orientasi seksual), pasti ada beberapa hal lain, di sekitarnya yang membuat anak jadi gangguan, dan itu bukan karena mainannya," ujar Psikolog Saskhya Aulia Prima, M.Psi dalam acara 'BincangShopee: Dibalik Kekuatan Keluarga' di Senayan City, Jakarta Selatan, Sabtu (16/11/2019)

Saskhya mengatakan setiap jenis permainan apapun bisa menstimuli anak, dan mengasah berbagai kemampuan anak.

Baca Juga: Nostalgia Mainan Happy Meal Lewat Museum McDonalds di Mall Kelapa Gading

Semisal, lanjut dia, permainan kartu bridge atau bongkar pasang akan mengasah pengetahuan eksak atau kemampuan hitung-hitungan anak. Kini, permainan tipe ini sudah dikategorikan mainan netral.

Sedangkan saat bermain peran sebagai ayah, ibu atau guru dan murid sekalipun dengan menggunakan boneka, kata Saskhya, itu akan menstimuli kemampuan interaksi sosial. Jadi, saat anak laki-laki bermain itu bukan berarti dia seperti perempuan.

"Oh kalau mainan ini boneka ngajarin dia mengasuh adiknya lebih banyak. Daripada dia cuma main mobil-mobilan. Tapi kalau dia main bayi-bayian, dikasih susu kalau menangis, digendong, itu akan membiasakan dia nanti punya dik," jelasnya.

Saskhya juga mengingatkan, jangan lagi fokus kepada permainan apa yang anak mainkan. Kini saatnya fokus bagaimana caranya menstimuli interaksi sosial, kemampuan berpikir, dan bergerak melalui mainan. Semua ini bergantung dari orangtua punya tujuan apa dengan mainan tersebut.

"Yang selalu aku tekanin tuh jangan fokus mainan ini buat gender, anak laki-laki atau perempuan. Tapi goal-nya apa, kita kasih mainan atau kegiatan itu. Ketika kita tahu kita jadi lebih mudah, skill-nya dari apa yang mau kita dekati baru kita kasih mainan apa," tutupnya panjang lebar.

Baca Juga: Miris, Ketika Mainan Plastik Berumur 60 Tahun Ditemukan Utuh di Pantai

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI