Psikoterapis: Kecanduan Belanja Online Bisa Jadi Jenis Gangguan Mental Baru

Jum'at, 15 November 2019 | 20:15 WIB
Psikoterapis: Kecanduan Belanja Online Bisa Jadi Jenis Gangguan Mental Baru
Ilustrasi belanja online (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Psikoterapis berpendapat kecanduan belanja secara online harus diakui sebagai gangguan mental.

Peneliti mengatakan orang yang kecanduan dapat menunjukkan gejala dan karakteristik yang berbeda dan mengatakan bagaimana hal itu memengaruhi pikiran.

Buying-shopping disorder (BSD) telah dikenal selama puluhan tahun. Namun, para ahli mengatakan gangguan mental ini memiliki makna baru di era internet seperti sekarang dan sudah memengaruhi satu dari 20 orang.

Orang yang terobsesi dengan belanja online kemungkinan hanya akan menimbun barang yang mereka pesan, tetapi justru berakhir dengan utang.

Baca Juga: Generasi Milenial Rentan Alami Gangguan Mental, Kenali Pemicunya

Bahkan, hal ini dapat berdampak pada hubungan dengan pasangan dan membuat pecandu kehilangan kendali diri.

Ilustrasi belanja online. (Shutterstock)
Ilustrasi belanja online. (Shutterstock)

"Sudah saatnya untuk mengenali BSD sebagai kondisi kesehatan mental dan untuk mengumpulkan pengetahuan lebih lanjut tentang BSD di internet," tutur Dr Astrid Müller, psikoterapis di Hannover Medical School di Jerman.

Dalam studi, terlihat bukti dari 122 pasien yang mencari bantuan untuk kecanduan belanja online mereka.

Peneliti juga menemukan orang yang kecanduan ini memiliki tingkat depresi dan kecemasan lebih tinggi dari biasanya.

Mereka berpendapat, munculnya toko online, aplikasi belanja, dan jasa pengiriman ke rumah telah menambah dimensi baru bagi shopaholic.

Baca Juga: Anak Main Media Sosial 1 Jam Sebelum Tidur, Awas Risiko Gangguan Mental!

Ilustrasi belanja online. (Shutterstock)
Ilustrasi belanja online. (Shutterstock)

Hal ini, kata peneliti dari Jerman yang dilansir dari Daily Mail, memengaruhi 5% populasi dan memiliki efek mental yang serius. Itulah sebabnya kondisi ini perlu mendapat perhatian yang lebih serius.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI