Bukan Sibuk, Ini Alasan Sebenarnya Masih Sulit Olahraga Rutin dan Teratur

Kamis, 14 November 2019 | 14:47 WIB
Bukan Sibuk, Ini Alasan Sebenarnya Masih Sulit Olahraga Rutin dan Teratur
ilustrasi olahraga pagi hari. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bukan Sibuk, Ini Alasan Sebenarnya Masih Sulit Olahraga Rutin dan Teratur

Banyak dari kita punya niatan untuk hidup lebih sehat, tapi pada praktiknya sangatlah sulit dilakukan. Padahal kita hanya butuh meluangkan waktu 30 menit saja setiap harinya untuk berolahraga.

Tapi, masih saja kita selalu beralasan tidak punya waktu atau terlalu sibuk. Namun di satu sisi kita bisa bermain game atau menonton film hingga berjam-jam.

Dokter Spesialis Olahraga dr. Rachmad Wishnu Hidayat, SpKO menilai kalian yang tidak mau berolahraga bukanlah tidak ada waktu, melainkan karena malas atau kurangnya motivasi.

Baca Juga: Mudah Stres? Ini 3 Olahraga yang Dapat Tingkatkan Suasana Hati

"Kalau di usia produktif sudah dianjurkan olahraga 10 menit pun itu enggak kesampaian juga, berarti emang masalah motivasi yang masalah utama bukan karena nggak ada waktu," ujar dr. Rachmad di Universitas Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (14/11/2019).

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini, menyebut pada dasarnya kalau niat dan motivasi kuat maka menyisikan waktu untuk bergerak dan menyesuaikam dengan aktivitas sehari-hari akan mudah. Misalnya, menyisihkan 10 menit berjalan kaki sebelum berangkat kerja, lalu disambung lagi sore harinya.

Ilustrasi olahraga dengan jalan kaki. (Shutterstock)
Ilustrasi olahraga dengan jalan kaki. (Shutterstock)

"Sekarang pertanyaannya kalau misalnya kita anjurkan pagi-pagi olahraga sebelum berangkat kerja siang-siang, misalnya jalan cepat 10 menit terus sore sore sebelum pulang kantor, atau misalnya pas dia sudah sampai rumah olahraga dulu 10 sampai 15 menit. Jadi cuma 10 menit 10 menit 10 menit, kalau tidak terjadi, tidak bisa dilakukan, berarti kesimpulan kita satu memang motivasi masalah utamanya," papar dr. Rachmad.

Sebagai catatan, dokter yang tergabung dalam Indonesia Sports Medicine Center (ISMC) Jakarta itu mengingatkan setiap orang punya intensitas olahraga yang berbeda-beda. Jadi tidak bisa disamaratakan olahraga dan kecepatan gerakan, yang terpenting mengukur sesuai kemampuan.

"Jadi saya misalnya, lari dengan kecepatan 7 sampai 8 kilometer per jam itu menurut saya masih lari yang biasa. Menurut anda itu lari yang berat banget, tapi idenya adalah dalam hati itu adalah pada sesi latihan itu intensitasnya itu berselang-seling antara intensitas yang lebih rendah dan intensitas yang lebih tinggi," terangnya.

Baca Juga: Boleh Dicoba, Tips Olahraga di Bulan Puasa Ala Melanie Putria

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI