Suara.com - Vaksin flu atau vaksin influenza bertujuan untuk melindungi tubuh dari serangan virus flu. Hanya saja, mengingat vaksin ini tidak masuk kategori sebagai vaksin yang diwajibkan untuk bayi dan anak-anak, banyak orangtua memilih untuk tidak memberi vaksin flu pada anak-anaknya.
Ditambah lagi dengan berbagai mitos seputar vaksin flu yang banyak beredar di masyarakat, membuat banyak orangtua berpikir dua kali soal pemberian vaksin ini.
Dilansir dari Today's Parent, ini dia 5 mitos seputar vaksin flu yang selama ini diyakini banyak orangtua.
1. Tidak ada yang sakit flu di keluarga Anda, sehingga si kecil tidak membutuhkan vaksin flu.
Baca Juga: Peneliti Temukan Vaksin Baru untuk Cegah Kanker Payudara, Begini Hasilnya!
Vaksin flu sendiri fungsinya sama seperti vaksin lainnya, melindungi si kecil (dan seluruh anggota keluarga!) agar tetap sehat. "Dengan mendapatkan vaksinasi flu, Anda juga mengurangi risiko penularan influenza kepada orang lain yang mungkin sakit parah," jelas Michelle Murti, dokter Kesehatan Masyarakat dari Ontario.
Flu atau influensa sendiri merupakan penyakit yang rentan menyerang anak-anak balita, lansia, wanita hamil, orang-orang dengan masalah kesehatan kronis. Menurut sebuah studi tahun 2014, Anda bahkan dapat menularkan flu jika Anda tidak menunjukkan gejala apa pun.
2. Si kecil takut jarum, sehingga sebisa mungkin tidak menambah ketakutannya dengan suntikan yang tidak perlu.
Faktanya. saat ini ada vaksin flu jenis terbaru, yaitu vaksin semprot melalui lubang hidung. Vaksin semprotan ini tersedia untuk anak-anak berusia antara 2 hingga 17 tahun.
"Ada beberapa perdebatan di Amerika Serikat bahwa vaksin semprot belum berfungsi sebaik jarum. Tetapi data dari Kanada tampak baik-baik saja,” kata Allison McGeer, seorang dokter yang mengepalai Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Mount Sinai Toronto.
Baca Juga: Wow, Penyanyi Gaek Ini Samakan Operasi Plastik dengan Vaksin Flu
3. Vaksin flu justru akan menciptakan superbug, virus flu yang kebal antibiotik.
Banyak informasi beredar yang menyebutkan bahwa vaksin flu justru akan membuat virus flu jadi kebal antibiotik. Padahal, ini adalah dua hal yang berbeda.
Antibiotik menyerang bakteri, yang akan berusaha mencari cara untuk bertahan hidup. Sedangkan virus, tidak dapat dibasmi oleh antibiotik.
McGeer menjelaskan bahwa mendapatkan vaksin flu ibarat "latihan untuk lari jarak pendek". Anda melatih sistem kekebalan untuk menghadapi virus flu jika ia sewaktu-waktu datang. Vaksin tidak menghasilkan evolusi pada bakteri atau virus. (Dan, sebagai catatan, vaksin flu juga tidak menyebabkan autisme.)
4. Penderita alergi telur tidak boleh mendapatkan vaksin flu.
Untuk membuat vaksin flu, virus ditumbuhkan di dalam kultur yang mengandung telur ayam. Awalnya, para dokter khawatir bahwa jejak kecil protein telur mungkin diekstraksi bersama dengan virus, jadi mereka memperingatkan orang-orang yang alergi telur untuk tidak melakukan vaksinasi ini.
Tapi pada pertengahan tahun 2000-an, para peneliti mulai menguji vaksin flu pada orang yang alergi telur untuk melihat apakah itu aman. "Studi-studi itu dilakukan sekarang," kata McGeer. "Dan ternyata vaksin influenza sangat aman untuk orang yang alergi telur."
5. Vaksin flu justru akan membuat kita terkena flu.
Sama sekali tidak. Anda tidak akan terkena flu gara-gara disuntik vaksin flu. Virus ini dimatikan dan dimurnikan sebelum bagian-bagiannya digunakan sebagai vaksin. "Itu tidak bisa membuatmu sakit," jelas McGeer.
Namun, vaksin semprot memang mengandung virus hidup. Tapi strain virus dilemahkan dan beradaptasi dengan dingin. Ini berarti virus dapat bertahan hidup di sel-sel permukaan yang melapisi hidung (yang mendorong sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi pelindung), tetapi virus tersebut tidak bisa masuk ke sel yang lebih dalam atau paru-paru, yang akan membuat Anda sakit. (Aflaha Rizal)