Suara.com - Beberapa tahun lalu kabar tentang ayah Marshanda yang dijaring oleh petugas P3S karena dituding mengemis sempat menghebohkan publik.
Marshanda yang selama ini diam mengenai kondisi detail ayahnya pun akhirnya mulai buka suara. Marshanda mengatakan bahwa ayahnya memiliki masalah kesehatan mental yang sama dengan dirinya.
Berdasarkan ceritanya, sang ayah juag menderita bipolar dengan gejala psikotik. Penyakit mental ayahnya itulah yang akhirnya menurun ke Marshanda.
Karena itulah, Marshanda justru merasa ayahnya yang telah membuatnya menjadi superwoman meski memiliki masalah mental bipolar.
Baca Juga: Sempat Dikira Tak Bisa Punya Anak, Wanita dengan 2 Rahim Ini Akhirnya Hamil
"Karena papahku itu dianggap remeh sama banyak orang, karena dia punya penyakit mental. Papah pernah didiagnosa sama dokter aku yang dulu. Papah juga didiagnosa bipolar dengan ciri psikotik," kata Marshanda dalam acara Q&A Metro TV, Minggu (27/10/2019).
Gangguan bipolar adalah gangguan suasana hati yang membuat penderitanya mengalami perubahan mood yang ekstrem. Kondisi inilah yang memicu terjadinya psikosis, yakni mengacu pada pandangan realitas yang tidak berhubungan.
Penderita bipolar bisa mengalami episode manik, depresi dan psikosis Tetapi, tidak semua penderita gangguan bipolar akan mengalami episode psikosis.
Melansir dari Medical News Today, episode psikosis ini bisa terjadi pada pasien gangguan bipolar, skizofrenia, beberapa jenis demensia dan kondisi lainnya.
Episode psikosis atau yang dikenal dengan psikotik ini bisa membuat penderita mengalami halusinasi, delusi, kebingungan atau pikiran terganggu, kurangnya wawasan dan kesadaran diri.
Baca Juga: Ribuan Babi Mati di Sumatera Utara, Terinfeksi Flu Babi Afrika?
Psikosis bipolar bisa terjadi ketika seseorang mengalami episode manik berat (kesenangan berlebih) atau depresi yang bersamaan dengan gejala psikotik dan halusinasi.
Selama fase manik, seseorang mungkin percaya bahwa ia memiliki kekuatan khusus. Psikosis jenis ini dapat menyebabkan perilaku sembrono atau berbahaya.
Jika psikosis bipolar terjadi selama periode rendah atau episode depresi, individu tersebut mungkin percaya bahwa seseorang berusaha untuk menyakiti mereka, atau mereka sendiri telah melakukan suatu kesalahan.
Keyakinan ini dapat memicu perasaan amarah yang ekstrem, kesedihan, atau ketakutan pada orang tersebut.
Umumnya, psikosis bipolar hanya berlangsung selama periode waktu yang singkat. Namun, seseorang yang mengalami episode psikosis bipolar akan kembali ke keadaan normal dengan pengobatan.