Penelitian Vaksin Sebabkan Autisme Hoax, Pakar Beberkan Alasannya

Sabtu, 02 November 2019 | 07:05 WIB
Penelitian Vaksin Sebabkan Autisme Hoax, Pakar Beberkan Alasannya
Ilustrasi vaksin. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian Vaksin Sebabkan Autisme Hoax, Pakar Beberkan Alasannya

Ada beragam isu yang merebak dari pemberian vaksin pada anak, yang membuat para orang tua enggan anaknya disuntik vaksin. Salah satu isunya ialah vaksin menyebabkan autisme pada anak, benarkah?

Pakar tumbuh kembang anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), M.Si secara tegas membantah anggapan itu dan menyatakannya sebagai hoax. Prof. Soedjatmiko mengungkap kabar itu disebarkan oleh peneliti mantan dokter bedah Andrew Wakefield yang melakukan penelitian dengan beberapa anak.

Baca Juga: Dian Sastro Akui Putranya Autisme, Yuk Kenali 7 Ciri Melihat Anak Autis

Anak-anak itu disebut Wakefield menjadi autis lantaran menerima vaksin, tapi setelah diaudit Wakefield ternyata melakukan sejumlah kecurangan dan kekeliruan dalam penelitiannya.

"Tapi ternyata setelah di audit, dari 18 itu, 5 sudah autis sebelum diimunisasi, yang sisanya ternyata setelah di follow up tidak autis," ungkap Prof. Soedjatmiko dalam acara diskusi 'Duka Asmat Belum Berlalu' di Hotel 88 Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (1/11/2019).

Setelah terbukti melakukan manipulasi dalam penelitian, Wakefield juga dinyatakan telah melanggar etika sebagai dokter, yang akhirnya izin praktiknya sebagai dokter di Inggris dicabut. Penelitian Wakefield jadi satu-satunya penelitian yang menyatakan ada korelasi antara vaksin dan autisme. Di sisi lain, ada lebih dari 40 penelitian lain yang menyatakan tidak ada korelasi vaksin dengan autisme.

"Kakak beradik disuntik vaksin, adiknya menderita autis, kakaknya enggak tuh baik-baik aja. Kalau vaksin menyebabkan autis, berarti setiap tahunnya ada 3 juta bayi autis, jadi nggak ada itu (kabar) hoax," tegas Prof. Soedjatmiko.

Pakar tumbuh kembang anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), M.Si, dari Universitas Indonesia. (Suara.com/Dini Afrian)
Pakar tumbuh kembang anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), M.Si, dari Universitas Indonesia. (Suara.com/Dini Afrian)

Sementara itu, hingga kini belum diketahui mengapa seorang anak menderita autis. Profesor yang mengajar di Universitas Indonesia itu menilai ada berbagai faktor seorang anak menderita autisme salah satunya orang tua dengan penyakit kejiwaan, kekurangan nutrisi saat hamil, dan kelahiran belum waktunya.

Baca Juga: Keren, Lukisan Penderita Autis Hingga Kanker Dipamerkan di Art Day Life

"Autis faktornya banyak sekali, belum diketahui dengan pasti, tapi diduga mulai dibawa keturunan dari orang tua, mempunyai kelainan kejiwaan berpotensi mempunyai anak autis," ungkapnya.

"Atau lama hamil kekurangan zat jutrisi tertentu, bukan otomatis (menderita autis) ya, hanya berpotensi anaknya autis, atau bayi yang lahir kurang bulan, juga berpotensi menjadi autis, apalagi dalam keluarga besar ada sakit jiwa. Selama ibunya hamil kurang nutrisi bayinya berat lahir rendah itu lebih besar lagi potensi menjadi autis," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI