Para penulis mencatat bahwa ganja medis sering diresepkan untuk pasien yang depresi dan mengalami kecemasannya sebagai kondisi sekunder dengan penyakit kronis sebagai diagnosis primer. Jadi peneliti kesulitan melihat bagaimana obat bekerja.
Tapi ganja medis bisa mengurangi rasa sakit kronis atau mual, yang kemudian mengarah pada pengurangan gejala kesehatan mental. Itu tentu saja tidak selalu berarti bahwa ganja secara langsung dapat mengobati depresi atau kecemasan.
Selain itu, banyak orang tidak menggunakan kanabinoid tingkat farmasi, dan sebuah badan penelitian mengatakan bahwa menggunakan ganja non-medis dapat memperburuk gejala kesehatan mental.
Sementara itu, legalitas ganja bervariasi dari satu negara ke negara lain sehingga menciptakan pasar gelap dan abu-abu. Bahkan sebagian besar produk turunan ganja tidak termasuk dalam bidang Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat.
Baca Juga: Thailand Legalkan Ganja Medis Sebagai Obat, Indonesia Kapan?