Suara.com - Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan masih dibayangi oleh defisitnya anggaran. Selain banyak masyarakat yang menunggak, pembiayaan BPJS membengkak karena pengobatan penyakit katastropik seperti jantung, stroke, ginjal, dan kanker.
Tak main-main, Asisten Deputi Direksi Bidang Pembiayaan Manfaat Kesehatan Rujukan BPJS dr. Medianti Ellya Permatasari, mengilustrasikan pembiayaan satu orang penderita kanker dibiayai oleh 1300 peserta yang sehat.
"1300 orang sehat untuk membiayai satu orang kanker," ujar dr. Medianti di acara diskusi publik 'Akses Pelayanan Pengobatan Berkualitas bagi Pasien Kanker Payudara HER2-Positif di Perpustakaan Nasional RI, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (29/10/2019).
Dari sinilah dr. Medianti meminta masyarakat untuk terus membantu mau bergotong royong sama-sama membiayai pasien yang sakit dengan rutin membayar iuran BPJS setiap bulannya. Karena menurutnya, satu berbanding 1300 itu dipandang sebagai ilustrasi tingginya pembiayaan penderita kanker.
Baca Juga: Dokter Terawan Terpilih Jadi Menteri Kesehatan RI, Ini Harapan Dirut BPJS
"Itu ilustrasi aja, makanya itu kita butuh tolong menolong, butuh gotong royong, yang sehat mendaftar jadi peserta BPJS, yang sehat membayar iuran secara rutin tepat, supaya digunakan ke pasien-pasien," tutur dr. Medianti
"Tidak hanya pasien kanker, ada yang pasien lainnya, yaitu pasien jantung, gagal ginjal, jadi memang kita minta masyarakat saling tolong menolong, itu ilustrasi aja," lanjutnya.
Sementara itu, dari seluruh layanan BPJS Kesehatan, anggaran tertinggi pengobatan ada pada layanan penyakit jantung, baru setelah itu penyakit kanker. Layanan obat, peralatan, dan SDM juga jadi pemicu membengkaknya anggaran hingga defisit puluhan triliun rupiah.
"BPJS itu penyakit paling tinggi (adalah) jantung, kalau nggak salah Rp 34 triliun, kalau kanker Rp 13 triliun," pungkasnya.
Baca Juga: 5 Berita Kesehatan Menarik, Nokturia Hingga Tak Bayar BPJS Kena Sanksi