Suara.com - Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), bekerjasama dengan DKT Indonesia menggelar dialog 'Harmonisasi Program Keluarga Berencana untuk Kesejahteraan Indonesia' di Denpasar, Bali pada 28-29 Oktober 2019.
Dialog tersebut menghadirkan, Prof. Dr. dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M. Repro, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana yang memaparkan bahwa program Keluarga Berencana (KB) perlu digalakkan dengan menyelaraskan atau harmonisasi segala tantangan baik dari aspek hukum, aspek sosial dan aspek budaya. Hal tersebut dilakukan demi membangun SDM berkualitas yang telah digaungkan oleh Presiden Jokowi.
Dalam rangka Sumpah Pemuda, Guru Besar Universitas Udayana tersebut kembali mengingatkan beban produksi dari generasi muda yang banyak dalam masa produktif bisa menjadi bom waktu, terutama jika dilihat dari sisi pemuda sebagai objek produksi dan reproduksi.
Karena itu, generasi muda perlu dibekali keterampilan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang berkualitas, sejalan dengan ICPD tahun 1994 di Kairo.
Baca Juga: dr Oka Tegaskan Pentingnya Pendidikan Seksualitas dan Kespro Sejak Dini
Pengurus PKBI Bali, Ida Putu Mudita menambahkan bahwa ke depannya generasi muda perlu menjadi tokoh utama program Keluarga Berencana, terutama pemahaman informasi tentang hak serta kesehatan seksual dan reproduksi.
Hal ini bertujuan menghindarkan generasi muda dari risiko tindakan aborsi yang tidak aman dan infeksi menular seksual. PKBI sendiri sudah tidak bicara mengenai keluarga berencana, tetapi hak kesehatan seksual dan reproduksi.
dr. Made Oka Negara, FIAS juga turut menambahkan bahwa berdasarkan hasil penelitian Global Early Adolescent Study (GEAS) 2018 di Kota Denpasar, memperlihatkan bahwa hanya 5 dari 10 remaja yang nyaman berbicara dengan orang tua/pengasuh mereka dan 43,6 persen remaja yang akhirnya berpacaran tanpa sepengetahuan orang tuanya.
"Pendidikan Seksualitas sebaiknya diberikan pada anak usia dini dimana anak berada pada tahap perkembangan seksual, orang tua dan institusi pendidikan berperan penting untuk memberikan pendidikan seksualitas sejak dini. Pendidikan seksualitas ini penting karena KB bukan hanya sekedar penjelasan alat kontrasepsi. KB berupaya untuk mendapatkan SDM yang berkualitas termasuk remaja sehat," jelas dr. Oka di Grand Santhi Hotel, Denpasar.
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali, Luh Putu Sekarini menggagas program Keluarga Berencana sudah saatnya diubah nama menjadi program ‘Keluarga Berkualitas' guna mengubah paradigma bahwa KB hanya soal pembatasan jumlah anak.
Baca Juga: Tahapan Perkembangan Seksual Anak, Ini Waktu yang Tepat Ajarkan Kespro
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2017 pun menunjukkan adanya penurunan penggunaan kontrasepsi modern pada segmen usia muda (15 – 29 tahun) secara signifikan sebesar 4 persen. Hal tersebut akibat rendahnya pengetahuan generasi muda terhadap pentingnya KB sebagai penyebab utama.
"Salah satu kendala utama edukasi kesehatan reproduksi pada generasi muda adalah stigma bahwa hal ini masih dianggap tabu. Padahal, edukasi dan literasi tersebut harus terus dilakukan untuk mengurangi kejadian kehamilan yang tidak direncanakan serta infeksi menular seksual di kalangan generasi muda” jelas Aditya A. Putra selaku Head of Strategic Planning DKT Indonesia, orgasisasi pemasaran sosial kontrasepsi.
Aditya juga menegaskan bahwa generasi muda harus mengerti program KB bukan sekadar membatasi jumlah anak, tetapi bagian penting merencanakan masa depan.
Pada akhirnya, program KB akan menentukan kualitas kehidupan dan kesehatan reproduksi mereka. Sehingga mereka akan memiliki perencanaan masa depan yang baik, seperti usia tepat untuk menikah, memiliki anak dan menentukan banyaknya anak.