Studi Baru: Asupan Garam Tinggi Berdampak pada Penurunan Fungsi Kognitif

Senin, 28 Oktober 2019 | 16:37 WIB
Studi Baru: Asupan Garam Tinggi Berdampak pada Penurunan Fungsi Kognitif
Ilustrasi alzheimer (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak hanya kelebihan gula, terlalu banyak mengonsumsi garam juga berdampak negatif pada tubuh.

Berdasarkan sebuah penelitian, seseorang yang banyak mengonsumsi garam dapat mendorong penurunan kognitif dengan mengacaukan kadar protein Tau.

Melansir Medical News Today, tingkat protein Tau yang tinggi berkaitan dengan demensia.

Giuseppe Faraco, asisten profesor penelitian dalam ilmu saraf di Feil Family Brain and Mind Research Institute di Weill Cornell Medicine di New York, adalah penulis utama studi ini, yang muncul dalam jurnal Nature Neuroscience.

Baca Juga: Studi Ungkap Asupan Garam yang Tinggi Dapat Sebabkan Perut Kembung

Peneliti melakukan studi perilaku, serebrovaskular, dan molekuler pada tikus, yang menunjukkan rendahnya kadar oksida nitrat, diinduksi dari konsumsi garam yang tinggi, memengaruhi kadar protein Tau di otak.

Penumpukan protein Tau yang berlebihan disebut sebagai 'ciri khas' alzheimer.

Biasanya protein ini mendukung neuron dengan menstabilkan struktur mikrotubulus, yang mengangkut nutrisi ke akson dan dendrit neuron. Struktur mikrotubulus adalah bagian dari sitoskeleton, atau 'perancah', yang mendukung neuron.

Garam laut. (Shutterstock)
Garam laut. (Shutterstock)

"Tau menjadi tidak stabil dan keluar dari sitoskeleton hingga menyebabkan masalah," jelas Dr. Costantino Iadecola, penulis lain dalam studi ini.

Mereka menambahkan, Tau tidak boleh 'berkeliaran bebas' di dalam sel karena jika terlepas dari sitoskeleton, ia berpotensi untuk menumpuk di otak. Ini dapat menyebabkan kesulitan kognitif.

Baca Juga: Minyak Zaitun Gantikan Asupan Garam Bagi Penderita Hipertensi

Untuk menguji lebih lanjut dinamika antara oksida nitrat, protein Tau, dan gangguan kognitif, para ilmuwan menggabungkan pola makan garam tinggi dan membatasi aliran darah dengan antibodi yang menjaga protein Tau terkendali.

Hasilnya, tikus-tikus ini menunjukkan fungsi kognitif normal, meski memiliki aliran darah yang terbatas.

"Ini menunjukkan apa yang sebenarnya menyebabkan demensia adalah Tau dan bukan kekurangan aliran darah," sambung Iadecola.

Oleh sebabnya, Iadecola memeringatkan tentang bahaya pola makan tinggi garam dengan melakukan penelitian pada hewan pengerat. Menurutnya, ini adalah pengingat yang baik tentang risiko asupan tinggi natrium pada manusia.

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mereplikasi temuan tikus pada manusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI