Suara.com - Seorang wanita asal India bernama Rita Sarkar kehilangan ginjal kanan. Kejadian bermula saat dirinya sakit yang tajam di perutnya.
Kemudian Sarkar memberi tahu sang suami tentang kondisinya dan mereka pergi ke rumah sakit di Kolkata, Benggala Barat.
"Dokter meyakinkan Sarkar bahwa dirinya membutuhkan operasi," kata sang ayah pada Washington Post.
Staf medis di rumah sakit tersebut memberi tahu Sarkar bahwa dia sangat memerlukan operasi usus buntu. Hari berikutnya ia pun menjalani operasi.
Baca Juga: Cegah Anemia hingga Batu Ginjal, Ini 5 Manfaat Lemon untuk Kesehatan
"Suamiku memperingatkan untuk tidak membocorkan operasi di Kolkata kepada siapapun," kata Sarkar.
Selama beberapa bulan kemudian, sang suami menahan Sarkar di dalam rumah. Sedangkan setelah operasi tersebut, perut Sarkar justru semakin sakit, hingga mencapai punggung bawah.
Sarkar pun meminta sang suami untuk mengantarnya ke dokter, namun suaminya menolak.
Hingga akhirnya salah seorang saudaranya yang membawa Sarkar ke rumah sakit terbesar di wilayah utara Benggala barat. Di rumah sakit tersebut lah Sarkar tahu dirinya sudah tidak lagi memiliki ginjal kanan.
Selain tidak memiliki ginjal kanan, ginjal kiri Sarkar pun terinfeksi.
Baca Juga: Duduk Terlalu Lama Berisiko Sebabkan Penyakit Ginjal Kronis, Apalagi Wanita
Kemudian, pada Jumat (2/2/2018) Sarkar pun melaporkan suaminya atas tuduhan telah menjual ginjalnya. Dua hari kemudian polisi menangkan suaminya, Biswajit.
Sarkar menuduh sang suami menjual ginjalnya untuk menebus kegagalan keluarganya dalam memenuhi permintaan mas kawin.
Biswajit pun mengaku telah menjual ginjal istrinya ke seorang pengusaha di negara bagian India, Chhattisgarh.
"Sekarang, aku mengerti mengapa dia melarangku untuk membocorkan sesuatu (operasinya). Dia dan keluarganya menyiksaku selama 12 tahun pernikahan karena mas kawin dan ketika keluargaku gagal memenuhi permintaan mereka, mereka menjual ginjalku," sambung Sarkar.
Setelah berita ini beredar, India memperketat aturan tentang pertukaran organ. Tetapi pasar organ bawah tanah masih berkembang di India.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat Asia Selatan secara keseluruhan adalah pusat terkemuka untuk 'pariwisata' transplantasi.