Makan Secangkir Yogurt Setiap Hari Menurunkan Risiko Kanker Paru-paru!

Jum'at, 25 Oktober 2019 | 19:11 WIB
Makan Secangkir Yogurt Setiap Hari Menurunkan Risiko Kanker Paru-paru!
Ilustrasi yogurt. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berdasarkan sebuah penelitian baru, memakan secangkir yogurt setiap hari dapat menurunkan risiko penyakit kanker paru-paru hingga 20%.

Sedangkan orang-orang yang mengonsumsi secangkir yogurt setiap hari sekaligus melakukan diet tinggi serat dapat menurunkan risiko penyakit ini hingga 30%.

Penelitian telah menunjukkan beberapa probiotik, bakteri hidup yang ditemukan dalam yogurt, memiliki sifat anti-inflamasi dan melawan kanker.

Tim mengamati 10 studi kohort dari AS, Eropa, dan Asia yang melibatkan lebih dari 1,44 juta orang untuk studi ini, yang diterbitkan dalam JAMA Oncology.

Baca Juga: Jarang Minum Susu, Yogurt Bisa Jadi Solusi Pemenuhan Kebutuhan Kalsium

Mereka menganalisis asupan serat dan yogurt dari para partisipan serta melacak berapa banyak partisipan yang kemudian menderita kanker paru-paru.

Para peneliti percaya bahwa manfaat ini berasal dari prebiotik yang ditemukan dalam diet tinggi serat dan probiotik di dalam yogurt.

Yogurt stroberi. (Shutterstock)
Yogurt stroberi. (Shutterstock)

Prebiotik adalah sejenis serat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh dan makanan untuk probiotik atau bakteri dan ragi (sejenis jamur) hidup.

Beberapa strain probiotik telah ditemukan untuk mencegah pertumbuhan kanker paru-paru serta sifat anti-tumor dan anti-inflamasi.

Melalui penelitian ini, ilmuwan dari Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee, juga ingin menunjukkan bahwa mengonsumsi produk susu tidak boleh dicegah.

Baca Juga: Yogurt Ampuh Lindungi Lelaki dari Risiko Kanker Usus

Beberapa penelitian merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi produk susu lebih dari tiga porsi per harinya. Sebab, lemak jenuh yang ditemukan dalam produk susu dapat meningkatkan kolesterol LDL, penyebab penyakit jantung.

Meski begitu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hipotesis ini, kata peneliti, melansir Dailymail.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI