Suara.com - Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan mengingat beberapa hari belakangan cuaca panas di beberapa wilayah Indonesia tengah meningkat. Cuaca panas disebut menjadi potensi bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan, ada peningkatan jumlah jentik nyamuk yang terdeksi di beberapa wilayah akibat cuaca panas yang terjadi beberapa hari ini.
"Beberapa penelitian dari BMKG, memang pada musim, kondisi suhu, kelembaban tertentu populasi nyamuk tumbuh dengan cepat. Oleh karena itu, kita antisipasi pada musim pancaroba seperti ini kita akan mewaspadai betul tumbuh suburnya populasi nyamuk, nah ini yang kemudian harus diwaspadai karena nyamuk itu kan faktor penyakit," kata Achmad di kantor Kemenkes, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (24/10/2019).
Namun dia menyatakan kenaikan ini masih bisa dikendalikan oleh pemerintah agar tidak menimbulkan penyakit bagi masyarakat, apalagi menjadi kejadian luar biasa (KLB).
Baca Juga: Lihat Aksi Lelaki Ini di Cuaca Panas, Warganet: Training di Neraka
"Tetapi kalau ini dimaknai berpotensi menimbulkan KLB sih enggak, hampir di semua tempat merata kok ini, dan ini kalau kita perhatikan di dalam trend penyakit vektor, yang vektornya nyamuk pada waktu pancaroba pasti naik kok," katanya.
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk lebih peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar dengan tidak membiarkan nyamuk berkembang dengan cara rutin menguras bak mandi, membersihkan genangan air, tidak menggantung baju terlalu lama, membersihkan tanaman liar hingga menanam tanaman anti-nyamuk.
"Oleh karena itu kuncinya bagaimana masyarakat bisa menjaga lingkungannya agar kita bisa mengendalikannya," imbuh Achmad.
Diketahui, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
Bahkan pada 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 derajat Celcius.
Baca Juga: BMKG Berikan Penjelasan soal Kabar Cuaca Panas Ekstrem 3 Hari ke Depan
Diiikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 derajat Celcius dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 derajat Celcius. Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, dimana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat Celcius.