2. Defisit BPJS Kesehatan
Sebagaimana diketahui, program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan masih mengalami defisit hingga tahun ini. Diprediksi, defisit BPJS Kesehatan tahun ini bisa mencapi lebih dari Rp 32 triliun.
Hal ini membutuhkan perhatian serius, mengingat keberlangsungan JKN yang masih dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
"Banyak hal yang mesti kita lakukan untuk pembenahan dari JKN. Kemarin diputuskan kenaikan di premi PBI dari pemerintah dan mandiri. Tapi kita lihat itu perhitungannya harus benar," ujar Nila lagi.
Baca Juga: Dokter Terawan Komentari polemik Cuci Otak Usai Jadi Menkes
3. Stunting
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan, prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen, yang berarti 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting.
Terlebih, Indonesia juga merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.
Dr Entos Zainal dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) beberapa waktu lalu mengatakan, pengentasan stunting sudah masuk dalam RPJMN 2020-2024 pemerintah. Sebab kerugian yang timbul akibat stunting bukan hanya terjadi di sektor kesehatan, tapi juga ekonomi.
"Stunting mengakibatkan kerugian negara setara Rp 4 triliyun per tahun atau sebesar 3 persen dari PDB, sehingga percepatan penangangan stunting tetap menjadi salah agenda besar pemerintah ke depan. Untuk mencapai target capaian prevalensi stunting sebesar 19 persen di tahun 2024, tentunya bukan tugas yang mudah," ujarnya.
Baca Juga: Terawan hingga Basuki, 9 Alumni UGM di Kabinet Indonesia Maju Jokowi
Ingin tahu PR dr Terawan sebagai Menteri Kesehatan selanjutnya? Simak di halaman berikut ya!