Jangan Diabaikan, Ternyata Ini Penyebab Migrain pada Anak-anak Usia Dini

Selasa, 22 Oktober 2019 | 16:40 WIB
Jangan Diabaikan, Ternyata Ini Penyebab Migrain pada Anak-anak Usia Dini
Ilustrasi anak sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Migrain termasuk sakit kepala parah yang datang dan kembali. Rasa sakitnya seperti kepala berdenyut di satu sisi atau kedua sisi kepala.

Sakit kepala seperti ini bisa melumpuhkan, penderita migrain juga bisa merasakan pusing atau sakit perut. Bahkan penderita migrain juga terkadang sensitif terhadap cahaya, kebisingan dan bau.

Ketika seseorang mengalami migrain dilansir dari Asia One, gejalanya akan terasa semakin parah ketika melihat cahaya, bau atau suara bising. Biasanya penderita juga tidak bisa melanjutkan aktivitas rutin karena gejala migrain sudah disertai mual hingga muntah.

Sebagian besar migrain berlangsung dari 30 menit hingga beberapa jam, ada pula yang berlangsung berhari-hari. Migrain juga dikenal sebagai sakit kepala akut yang berulang.

Baca Juga: Apakah Bedak Bayi Johnson & Johnson Indonesia Tercemar Asbes? Ini Kata BPOM

Pada anak usia dini dan sebelum pubertas, migrain lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Pada masa remaja, migrain justru lebih memengaruhi perempuan daripada laki-laki. Menginjak dewasa, wanita 3 kali lebih mungkin mengalami migrain daripada pria.

Ilustrasi sakit kepala (shutterstock)
Ilustrasi sakit kepala (shutterstock)

Lalu apa yang menyebabkan migrain pada anak-anak?

Para ahli percaya bahwa migrain bisa jadi faktor genetik atau riwayat penyakit keluarga. Anak-anak yang memiliki orangtua yang sering migrain memiliki peluang lebih besar mengalami hal sama.

Namun, penyebab pasti migrain belum diketahui persis. Tetapi, pemicu migrain bisa berbeda-beda pada setiap orang. Adapun beberapa pemicu migrain pada anak-anak seperti berikut ini:

1. Stres - terutama yang berkaitan dengan sekolah (misalnya, pekerjaan sekolah, intimidasi) dan masalah keluarga. Manajemen stres meliputi olahraga teratur, istirahat yang cukup, tidur dan diet, dan menikmati kegiatan dan hobi yang menyenangkan.

Baca Juga: Makan Keju Tingkatkan Risiko Kanker Prostat, Ini Alasannya

2. Kurang tidur - menghasilkan lebih sedikit energi untuk mengatasi stres. Usahakan untuk tidur setidaknya 8 jam setiap malam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI