Suara.com - Akibat penyakit paru-paru yang terkait dengan vaping terus meningkat di Amerika, ilmuwan dalam bidang kesehatan sedang meneliti vape berbasis nikotin dan THC untuk melihat bahan mana yang dapat menyebabkan masalah kesehatan ini.
Namun jauh sebelumnya, ternyata ada sebuah studi kecil yang diterbitkan di jurnal Cancer Prevention Research pada Rabu (16/10/2019), melihat bagaimana vape yang mengandung zat aditif, propilen glikol dan gliserin nabati memengaruhi paru-paru orang tidak merokok.
Para ahli percaya kedua bahan ini bisa masuk ke paru-paru pengguna vape saat mereka masih dalam bentuk cair, bukan aerosol, yang berdampak pada penumpukan cairan dan pneumonia lipoid.
Studi ini meneliti perubahan paru-paru pada pengguna vape setelah satu bulan, pengguna ini dipastikan sama sekali belum pernah merokok maupun vaping.
Baca Juga: Image Vape Bikin Orang Terlihat Keren, Salah Medsos?
Hasilnya, paru-paru pengguna vape mengalami peradangan. Meskipun tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan bukan pengguna.
Menurut Dr. Peter Shields, ahli onkologi dada di Pusat Kanker Komprehensif Universitas Negeri Ohio dan penulis utama studi tersebut, peradangan pada pengguna vape dalam kurun waktu sebulan belum begitu tinggi.
Artinya, peradangan tersebut belum cukup tinggi untuk menyebabkan masalah kesehatan.
Tingginya tingkat peradangan paru-paru biasanya dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti pneumonia dan penyakit paru obstruktif kronis, atau COPD. Sebab, paru-paru yang meradang lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Tapi, tim peneliti menemukan fakta lain, lapor Insider.
Baca Juga: Idap Kanker, Rupanya Ria Irawan Masih Sering Merokok dan Vape
Pengguna yang lebih sering merokok di atas jumlah minimun yang disyaratkan peneliti mengalami peradangan yang lebih parah daripada pengguna vape yang menaati 'aturan peneliti'.