Studi: Tubuh dan Otak Lelaki Akan Berubah Saat Punya Anak

Senin, 14 Oktober 2019 | 20:00 WIB
Studi: Tubuh dan Otak Lelaki Akan Berubah Saat Punya Anak
Ilustrasi ayah baru. (Unsplash/Picsea)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perubahan suasana hati dan hormon, stres, dan lusinan perubahan tubuh yang tak terduga, yang biasa dialami seorang ibu saat hamil dan setelah melahirkan, ternyata juga dialami oleh para ayah.

Selama ini banyak yang menanggap bahwa hormon kehamilan tak memenegaruhi lelaki, karena mereka tidak mengandung dan tidak juga melahirkan.

Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa ayah juga mengalami perubahan hormon, neurologis, dan perilaku ketika mereka menyambut anak-anak yang baru lahir ke dalam hidup mereka.

Berikut adalah perubahan yang terjadi pada tubuh dan pikiran ayah selama istri mereka hamil dan setelah melahirkan berdasarkan ilmu sains, seperti dilansir Bright Side.

Baca Juga: Hamish-Raisa Jadi Orangtua Baru, Apa Panggilan Zalina buat Mereka?

1. Tingkat testosteron tampaknya menurun
Testosteron adalah hormon lelaki yang bertanggung jawab untuk mengembangkan fungsi reproduksi mereka dan memotivasi mereka untuk mencari pasangan. Penelitian telah menunjukkan bahwa lelaki dengan kadar testosteron yang lebih tinggi cenderung lebih menarik bagi perempuan.

Namun, tampaknya kadar testosteron pada ayah baru bisa turun hingga 34 persen. Para ilmuwan percaya bahwa ini dapat dijelaskan oleh fakta di mana lelaki yang baru saja menyambut kelahiran anak-anak mereka, memiliki fokus perhatian berbeda dari biasanya, mereka lebih perhatian terhadap keluarga dan menolak untuk hal-hal berbau reproduksi, seperti seks dan ketertarikan mereka dengan lawan jenis.

Selain itu, semakin rendah tingkat testosteron pada ayah baru, semakin dia mau merawat anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berhubungan dengan bayi.

2. Kadar oksitosin bisa meningkat
Para ilmuwan mempelajari hubungan antara keterlibatan ayah baru dalam kegiatan membesarkan anak dengan kadar hormon mereka dan mereka sampai pada kesimpulan yang menarik.

Para ayah yang secara aktif bermain dengan anak-anak mereka memiliki tingkat oksitosin yang lebih tinggi dalam darah mereka dibandingkan dengan para ayah yang kurang terlibat. Oksitosin adalah hormon yang bertanggung jawab untuk relaksasi, cinta, perasaan positif, dan ikatan yang kuat antara orang-orang, dan secara alami meningkat pada ibu baru selama dan setelah melahirkan.

Baca Juga: Jadi Orangtua Baru, Lima Masalah Umum Ini Akan Sering Muncul

3. Otak ayah baru cenderung berubah juga
MRI studi dari 16 calon ayah menunjukkan hal yang cukup menarik, otak laki-laki menunjukkan perubahan yang sama seperti pada ibu baru. Area otak yang terkait dengan kelekatan, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan seorang anak memiliki lebih banyak materi abu-abu dan putih antara 12 dan 16 minggu kehamilan.

Para ilmuwan percaya bahwa perubahan struktural otak ini menunjukkan cara calon ayah mengembangkan keterampilan pengasuhan yang diperlukan selama kehamilan pasangan mereka. Dokter yakin bahwa dengan cara ini, otak ayah berusaha memastikan mereka dapat membuat ikatan dengan anak mereka meskipun mereka tidak mengandung dan tidak melahirkan.

4. Ayah bahkan dapat mengalami depresi pascapersalinan
Depresi pascapersalinan adalah gangguan suasana hati yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, dan biasanya termasuk kesedihan, keputusasaan, kecemasan, dan lekas marah.

Para peneliti percaya bahwa depresi pascapersalinan bukan hanya masalah yang memengaruhi ibu baru. Studi menunjukkan bahwa sekitar 10 persen ayah juga mengalami depresi pascapersalinan. Ini mungkin disebabkan oleh tingkat testosteron yang lebih rendah pada ayah baru yang sudah dijelaskan di atas.

"Rendahnya testosteron dapat berkontribusi pada perasaan lesu dan tidak tertarik pada kegiatan yang biasanya menyenangkan, hal ini bisa mengarah pada menjadi ciri depresi,” tulis Darby Saxbe, Asisten Profesor Psikologi dari University of Southern California.

Hal yang sangat menarik adalah, ibu yang pasangannya memiliki kadar testosteron lebih rendah setelah melahirkan, mereka justru akan lebih terhindar dari gejala depresi pascapersalinan.

Kenapa bisa begitu? Ternyata ayah dengan testosteron rendah tampaknya lebih terlibat dalam hubungan dan mereka menunjukkan lebih banyak dukungan emosional kepada pasangan mereka, yang pada gilirannya menurunkan peluang depresi mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI