Suara.com - Kenali Faktor-Faktor Risiko Oftalmopati Graves
Salah satu dari dua masalah besar di bidang endokrinologi adalah penyakit tiroid, diantara penyakit-penyakit bidang tiroid, penyakit Graves menempati posisi penting, mengingat jumlahnya sekitar seperempat dari keseluruhan tiroid.
Prof. DR. dr. Imam Subekti, SpPD-KEMD., mengatakan, apabila penyakit Graves disertai tanda dan gejala gangguan mata atau disebut oftalmopati Graves (OG), maka akan berdampak buruk dan menurunkan kualitas hidup, padahal OG merupakan salah satu penyakit tiroid dengan modalitas terapi yang relatif terbatas dan hasil pengobatannya pun masih belum memuaskan. Oleh karena itu, perlu terobosan baru untuk mengatasi masalah tersebut.
"OG adalah bagian dari proses autoimun yang kompleks yang melibatkan jaringan orbita dan periorbita pada penyakit Garves. OG secara klinis pada pemeriksaan awal ditemukan berkisar 25-60 persen. Data di RSUPN-CM Jakarta tahun 2004, menemukan dari sekitar 26 persen pasien hipertiroidisme, 22 persen di antaranya memperlihatkan adanya kelainan mata dalam berbagai bentuk," ujar Prof. Imam saat ditemui Suara.com di kawasan Jakarta Pusat, Senin (14/10/2019).
Baca Juga: Kementan Dorong Pengendalian Penyakit Blas dengan Agens Hayati
Ia menambahkan, bila menggunakan pencitraan CT scan atau MRI orbita, tanda OG dapat dideteksi pada hampir 90 persen pasien Garves. OG lebih sering ditemukan pada 2 kelompok usia, yaitu 40-44 tahun dan 60-64 tahun untuk wanita dan 65-69 tahun untuk pria, meskipun OG dapat muncul pada setiap umur. Rasio perempuan dibanding lelaki pada pasien OG berkisar antara 5:1 hingga 10:1.
"Terdapat beberapa faktor risiko timbulnya oftalmopati pada penyakit Garves sekaligus berperan sebagai faktor risiko yang berpengaruh pada progresifitas OG, yang dikelompokkan menjadi 2. Yaitu kelompok yang tidak dapat dimodifikasi dan kelompok yang dapat dimodifikasi. Kelompok yang tidak dapat dimodifikasi contohnya seperti usia, jenis kelamin, dan genetik (termasuk ras)," terangnya lebih lanjut.
Sementara itu, sambung Prof. Imam, kelompok yang dapat dimodifikasi yaitu faktor lingkungan seperti merokok. Saat ini, pasien penyakit Graves yang tidak merokok, 51,7 persen mengalami oftalmopati, pada pasien perokok aktif, 68,2 persen mengalami oftalmopati, pada pasien mantan perokok, 64 persen mengalami oftamolpati.
"Selanjutnya faktor lingkungan lain ialah Yodium Radioaktif (RAI) untuk penyakit Graves. Risiko kejadian OG setelah terapi yodium radioaktif untuk hipertirodisme sebesar 15-39 persen. Pemberian prednison profilaksis dosis kecil, secara umum dapat mencegah efek RAI pada OG. Oleh karena itu, terapi yodium radioaktif pada penyakit Graves tetap bisa dilakukan sepanjang terdapat indikasi," paparnya.
Terakhir, adalah faktor biokimia. "Seperti disfungsi tiroid baik pada hiper, maupun hiportiroidisme menunjukkan adanya hubunhan terhadap risiko timbulnya atau memburuknya OG," tukas Prof. Imam.
Baca Juga: Nyeri Dada Belum Tentu Tanda Penyakit Jantung, Kenali Ciri-cirinya