Suara.com - Kebanyakan orang berpikir skripsi atau penelitian sekedar kegiatan formalitas sebagai syarat untuk lulus mendapatkan gelar sarjana. Tapi tidak dengan Herawati, berawal dari skripsinya yang mengangkat permasalahan stunting. ia kemudian tergerak untuk melakukan perubahan.
Bekerjasama dengan petugas puskesmas sebagai narsumber penelitiannya saat itu, Herawati menemukan angka yang cukup miris di mana prevalensi stunting di Samarinda ibukota Kalimantan Timur lebih dari 25 persen. Di sisi lain, organisasi kesehatan dunia WHO menyebut saat angka stunting mencapai 20 persen maka itu akan jadi masalah serius.
"Itu benar-benar masalah, kalau kita nggak bergerak bakal lebih banyak lagi anak-anak yang mengalami masalah gagal tumbuh dan miliki otak yang nggak sempurna," ungkap Herawati kepada Suara.com di Pacific Place beberapa waktu lalu.
Jadilah Herawati membulatkan tekad untuk bergerak dan berusaha keras ikut mencari solusi agar stunting bisa diberantas dari kota tempat ia menimba ilmu.
Baca Juga: Cerita Christian Sugiono yang Sukses Membangun Bisnis Start Up Miliknya
CEO dan Pendiri Shop.141
Solusi Herawati tidak sekedar dari bidang sosial, tapi bagaimana mengajak semua elemen bergerak dengan mendirikan Shop.141. Sebuah Sosial Enterpreneur yang menggalakkan keluarga dengan anak stunting, supplier, hingga elemen masyarakat bisa berkontribusi.
Perjuangannya dimulai dua tahun lalu atau tepatnya 2017, potensi start up dan penguasaan teknologi oleh masyarakat Samarinda yang belum 'melek' jadi kunci Herawati. Ia percaya kekuatan teknologi dan wirausaha bisa menggerakkan berdampak sosial khususnya stunting.
Cara kerja Shop.141 ini adalah, keluarga stunting atau masyarakat yang punya usaha berjualan kue, snack kecil, hingga lauk pauk nasi box bisa mendaftarkan usahanya di website Shop.141. Lalu konsumen yang berminat bisa membeli atau memesan kue hingga snack melalui aplikasi, kemudian pesanan akan dikirim.
Penghasilan yang didapat Shop.141 ini tidak 100 persen untuk sosial, di mana ada pembagian 30 persen untuk sosial dan 70 persennya untuk operasional dan inovasi pelayanan Shop.141.
Baca Juga: Irwan Rovany Doke, Membawa Napas Baru dalam Dunia Tata Rambut
Sepak terjang dan jatuh bangun
Sebuah proses harus diawali dengan langkah kecil. Setelah melangkah, yang tersulit adalah terus berjalan dan tidak menyerah. Begitupun dengan yang dialami Hera, Shop.141 sempat berjalan di 2017 lalu sempat break up di 2018. Ia mengikuti berbagai kompetisi untuk mendapatkan dana dan promosi meski akhirnya gagal.
Sempat berkembang dengan satu kawannya di Samarinda, namun kawannya harus pindah ke kota lain sehingga Shop.141 vakum dan sedikit banyak membuat Hera down dan kecewa. Sampai di satu ketika, masih mengikuti kompetisi penulisan proposal dan mendapat antusias serta respon yang luar biasa positif, ia pun kembali meneguhkan hati dan tujuannya.
"Waktu saya down karena break tersebut, saya mengingat kembali kenapa sih mau mulai, akhirnya kumpulkan kekuatan kembali. Lalu tidak ada alasan yang tepat untuk menyerah, tidak alasan yang tepat untuk menelantarkan inovasi yang sudah di bangun, akhirnya mulai lagi cari tim dan di awal 2019," ungkapnya menggebu-gebu.
Lulusan Strata-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman ini pun kemudian mencari tim hingga bertemu adik tingkatnya Cindy dan Fajar. Cindy selaku manager dan Fajar pengurus IT. Bersama dua orang ini, Hera kemudian kembali merajut Shop.141 untuk bisa berjalan kembali sekaligus cita-citanya memberantas stunting di Indonesia.
Tekanan dari keluarga dan orang tua
Sudah menyelesaikan kursi sarjana, kebanyakan anak muda maka akan dituntut bekerja dan mencari nafkah. Tapi di satu sisi Hera terlalu konsenterasi membangun Shop.141 hingga membuat keluarganya ikut tergelitik, bahkan ia sempat diminta meninggalkan Shop.141.
"Saya yakin keluarga bukan tidak mendukung, mereka hanya ragu, jadi hingga saat ini meskipun saya bekerja, saya tetap tidak meninggalkan Shop.141, sempat orang tua udah nggak usah urusin itu," aku Hera.
Anak pertama dari dua bersaudara ini pun akhirnya tambah membulatkan tekad dan semangat, dengan semakin menunjukkan bahkan ia tidak main-main dengan Shop.141, berikut dengan niat mulianya agar tidak ada lagi anak stunting di Indonesia.
"Saya akan serius apapun yang terjadi tidak akan menelantarkan dua hal ini. Seperti kata salah satu orang terdekat saya, niat baik insyaallah pasti akan jalan," tuturnya.
Temuan miris dan secercah senyum pencapaian
Di satu ketika yang membuat Hera miris, ia pernah mendatangi satu keluarga dengan banyak anak, ada salah satu anaknya yang bahkan sudah tidak sekedar stunting, tapi sudah stunted atau gagal tumbuh, dia juga sakit-sakitan dan berbaring lemah.
Mirisnya, yang konon Indonesia kaya akan sumber daya alam, keluarga ini hanya mampu memberi makan anaknya dengan 3 hingga 4 suap nasi tanpa lauk pauk. Sekalipun ada pengganti, yaitu mi instan, itu harus dibagi-bagi.
"Kalau mi itu mereka punya banyak kepala, satu mi dibagi-bagi. Anaknya bukan stunting lagi, tapi udah stunted, jadi adiknya lebih tinggi dari dia, terus dia itu sering sakit-sakitan, kadang dia cuma terbaring aja karena ketahanan tubuh lemah," cerita Hera.
Setelah Shop.141 berjalan selama beberapa bulan, perempuan 23 tahun ini amat sangat bersyukur, dan sangat bahagia berhasil menurunkan 60 persen terbebas stunting dari wilayah sasaran Shop.141 di 30 kepala keluarga.
"Jadi kalau lihat foto anak-anak itu, wah dia sehat, rasanya bahagia banget," ungkapnya dengan mimik muka bahagia.
Cita-cita dan Harapan
Hera yang kini bekerja sabagai Tenaga Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Balikpapan Baru ini juga mengatakan, meski sambil bekerja sekalipun ia akan tetap membangun Shop.141. Bahkan, meski niatan bersekolah lagi S2 ada, ia belum ingin sebelum Shop.141 berkembang.
Adapun target Hera, pada 2020 Shop.141 harus bisa merilis 2 sampai 3 area zero stunting atau bebas stunting. Tidak harus per kelurahan, tapi bisa juga pada tingkat RT.
"Karena kita mau menciptakan kompetisi yang positif, kota mana yang paling mendukung, dan kami berharap dapat memberdayakan minimal 50 orang mamak-mamak anak stunting, membantu 100 suplier dan punya minimal tiga shop.141 poin atau daerah layanan," ungkapnya.
Hera juga sadar betul Shop.141 masih banyak perlu perbaikan dan masukan. Ia akan sangat bersyukur bila pemerintah setempat atau berbagai elemen mau berkolaborasi memberantas stunting dengan menghubungi dirinya melalui Direct Message (DM) instagram official @shop.141.