Suara.com - Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto ditusuk di bagian perut oleh orang tak dikenal ketika berkunjung di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) kemarin.
Berdasarkan video yang beredar, pelaku menusuk Wiranto ketika baru saja keluar mobil. Saat itu Wiranto langsung dilarikan ke RSUD Berkah Pandeglang untuk mendapatkan pertolongan medis.
Orang-orang yang menyaksikan kedatangan dan penusukan Wiranto pun sempat terdengar berteriak histeris. Selain itu, banyak pula anak-anak di bawah umur yang menyaksikan kejadian penusukan tersebut.
Pastinya keberadaan anak-anak kecil ketika kejadian penusukan Wiranto pun menjadi perhatian publik. Apalagi beberapa anak-anak tengah mendekat ketika kejadian.
Baca Juga: Wiranto Diserang Orang Tak Dikenal, Ini Pertolongan Pertama pada Luka Tusuk
Padahal menyaksikan aksi kekerasan bisa memengaruhi alam bawah sadar dan otak anak-anak. Jangankan melihat secara langsung, menyaksikan tayangan kekerasan melalui televisi atau video pun memberikan dampak yang sama.
Para peneliti di Pusat Penelitian Fungsional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) di Columbia University Medical Center dilansir dari Medical Express telah menunjukkan bahwa menonton program kekerasan dapat menyebabkan bagian otak menekan perilaku agresif.
Sebuah makalah oleh ilmuwah Columbia juga menunjukkan bahwa jaringan otak yang bertanggung jawab untuk menekan perilaku seperti agresif tidak beralasan dan kurang aktif.
Perubahan ini bisa membuat seseorang kesulitan mengendalikan perilaku agresif. Temuan sekundernya, setelah melihat kekerasan berulang kali, area otak yang terkait dengan perilaku perencanaan menjadi lebih aktif.
Artinya, tayangan atau kejadian kekerasan bisa mengurangi kemampuan otak menghambat proses informasi yang berhubungan dengan perilaku.
Baca Juga: Tak Menyusui hingga Usia 35 Tahun Risiko Kanker Payudara Makin Besar
"Temuan kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa menonton media yang menggambarkan kekerasan memang memengaruhi pemrosesan di bagian otak yang mengontrol perilaku seperti agresi. Ini adalah temuan penting, dan penelitian lebih lanjut harus meneliti dengan sangat cermat bagaimana perubahan ini mempengaruhi perilaku kehidupan nyata," kata Christopher Kelly.