Suara.com - Nyeri Dada Belum Tentu Tanda Penyakit Jantung, Kenali Ciri-cirinya
Mengutip dari Sample Registration System (SRS) 2014, penyakit jantung menduduki peringkat kedua tertinggi setelah stroke untuk tingkat kematian terbanyak di Indonesia.
Dikatakan oleh Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, Sp.PD, KKV, FACC, FESC., dokter spesialis kardiovaskular dari RS MMC., tren Penyakit Jantung Koroner kian meningkat setiap tahun. Parahnya usia penderita mengalami angka penurunan, yaitu mulai usia 40 tahunan. Tren ini sejalan dengan jumlah pasien usia muda yang meningkat.
"Terdapat perubahan lifestyle di masyarakat yang mengakibatkan prefelensinya meningkat. Serangan jantung kerap ditandai dengan rasa nyeri di dada. Namun tidak semua nyeri dada sudah pasti adalah indikasi penyaki jantung," ungkap dokter Idrus kepada Suara.com saat ditemui di RS MMC Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Baca Juga: Kardiomiopati Postpartum, Ancaman Penyakit Jantung Setelah Melahirkan
Lebih lanjut ia mengingatakan, meski tidak pasti, tetap pastikan tidak menyepelekan nyeri dada. Maka penting sekali untuk mengetahui ciri-cirinya.
"Tidak semua pasien yang merasakan nyeri di dada itu jantung. Tapi tidak boleh lolos. Kalau jantung, nyeri dada rasanya seperti dihimpit benda berat. Efeknya lari ke bagian-bagian tubuh yang lain," paparnya.
Biasanya, sambung dokter Idrus, rasa nyeri dipicu oleh aktivitas tertentu, misalnya setelah jalan buru-buru atau perasaan emosional.
"Selain itu dipicu juga faktor makanan tidak sehat, dan rasa nyeri otot. Gejala paling ringan adalah nyeri dada yang khas. Ada juga neyri dada bahkan sampai pasien pingsan," jelasnya.
Baca Juga: Tak Disangka, Ternyata Gula Merah Bisa Mencegah Penyakit Jantung!