Kenali Faktor Skizofrenia, Jenis Gangguan Jiwa Berat yang Dipengaruhi Otak

Kamis, 10 Oktober 2019 | 06:50 WIB
Kenali Faktor Skizofrenia, Jenis Gangguan Jiwa Berat yang Dipengaruhi Otak
Ilustrasi pengidap skizofrenia (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kesehatan jiwa memiliki nilai yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Apabila kesehatan jiwa buruk, tentu akan berdampak pada kesehatan fisik.

Dalam Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2013, ada indikator penilaian dalam gangguan jiwa berat.

Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai realitas yang buruk.

Gejala yang menyertai gangguan ini berupa halusinasi, ilusi, gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh. Misalnya, agresivitas atau katatonik.

Baca Juga: Simak, 4 Terapi yang Bisa Bantu Perbaiki Kesehatan Jiwa Anda

Salah satu contoh gangguan jiwa berat adalah skizofrenia.

Menurut National Institute of Mental Health, skizofrenia merupakan gangguan mental kronis dan parah yang memengaruhi cara orang berpikir, merasakan dan berperilaku.

Ilustrasi gejala awal skizofrenia yang mungkin sering diabaikan. (shutterstock)
Ilustrasi gejala awal skizofrenia yang mungkin sering diabaikan. (shutterstock)

Kondisi ini umumnya dimulai antara usia 16 dan 30 tahun.

Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap risiko skizofrenia, yaitu:

- Gen dan lingkungan

Baca Juga: Bisa Ganggu Kesehatan Jiwa, Tombol Snooze Alarm Bakal Dihapus Apple?

Para ilmuwan percaya bahwa banyak gen yang berbeda dapat meningkatkan risiko skizofrenia, tetapi tidak ada gen tunggal yang menyebabkan gangguan itu sendiri.

Sedangkan faktor lingkungan yang dapat mengembangkan kondisi ini, antara lain paparan virus, malnutrisi sebelum lahir, masalah saat lahir dan faktor psikososial.

- Kimia dan struktur otak yang berbeda

Para ilmuwan berpikir, ketidakseimbangan dalam reaksi kimia yang kompleks dan saling terkait di otak yang melibatkan neurotransmitter, dopamin, glutamat dan lainnya, berperan dalam mengembangkan kondisi ini.

Beberapa ahli juga berpikir adanya masalah selama perkembangan otak sebelum kelahiran dapat menyebabkan koneksi yang salah.

Otak juga mengalami perubahan besar selama pubertas, dan perubahan ini dapat memicu gejala psikotik pada orang yang rentan akibat genetika atau perbedaan otak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI