Kanker Payudara Ternyata Lebih Ganas Jika Terjadi pada Lelaki

Ade Indra Kusuma Suara.Com
Rabu, 09 Oktober 2019 | 07:30 WIB
Kanker Payudara Ternyata Lebih Ganas Jika Terjadi pada Lelaki
Perempuan kampanye melawan kanker payudara. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kanker Payudara Ternyata Lebih Ganas Jika Terjadi pada Lelaki

Menyambut bulan kesadaran kanker payudara yang diperingati setiap Oktober, tentu menjadi sebuah momen untuk meningkatkan kesadaran masyakarakat pentingnya kesadaran dan deteksi dini kanker payudara.

Diagnosis dini penting dalam perawatan dan pengobatan kanker payudara. Selain itu, beberapa kebiasaan gaya hidup dipercaya bisa mencegah penyakit ini.

Bicara kanker payudara, Medical Oncologist Aru W Sudoyo, MD, PhD, FINASIM, FACP, menjelaskan bahwa kanker payudara pada lelaki ternyata lebih ganas dan lebih berbahaya.

Baca Juga: Stella McCartney dan Adidas Bikin Bra Khusus Pasca Operasi Kanker Payudara

seminar kesehatan [Suara.com/Ade]
Media Workshop Patient Journey in Oncology Total Solution yang diselenggarakan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Bogor, Selasa (10/8/2019) [Suara.com/Ade]

"Kanker payudara pada lelaki itu lebih ganas ya, lebih susah diobati, karena jenisnya itu lain dengan kanker payudara pada perempuan. Jadi bukan kanker payudara pada perempuan yang terjadi pada lelaki. Hanya letaknya saja yang memang di payudara. Dia itu tumbuh di dalam otot," ujarnya dalam acara Media Workshop Patient Journey in Oncology Total Solution yang diselenggarakan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI), di Bogor, Selasa (10/8/2019).

Prof Aru W Sudoyo menjelaskan ada berbagai jenis perawatan kanker payudara pada lelaki. 

"Ada pembedahan, kemoterapi, ada terapi hormon. Lalu tidak ada langkah tertentu yang bersifat menghambat dan melambatkan kanker, lokasi terjadinya kanker juga penting, ada yang bisa menyebar atau tidak. Tapi yang jelas semua perawatan masing-masing orang itu berbeda," ujarnya.

Prof Aru juga menyebut kini ada 2 metode kekinian dalam penanganan kanker.

"Sekarang ada personalize medicine. Jadi setiap orang beda penangannya, dan kedua pengobatan yang dibidik seperti sniper, tapi cara ini juga punya kelemahan yakni obat mahal dan bisa meleset. Untuk Imunoterapi sendiri itu adalah pengobatan yang masih baru, tapi itu tetap hanya untuk mendampingi obat yang baku. Imuniterapi itu sering dipakai di kanker paru," pungkas Prof Aru dalam sesi diskusi.

Baca Juga: Idap kanker Payudara, Ayah Beyonce Ikut Kampanye Pentingnya Deteksi Dini

Dalam diskusi kedua, Ahmad Utomo, PhD (KSLGen) memastikan jika perempuan tidak punya anak di usia 35 tahun, dan tidak menyusi, itu meningkatkan risiko kena kanker payudara. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI