Film Joker Mainkan Stereotip tentang Kekerasan dan Gangguan Mental

Minggu, 06 Oktober 2019 | 21:15 WIB
Film Joker Mainkan Stereotip tentang Kekerasan dan Gangguan Mental
Salah satu adegan dalam film Joker (YouTube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejak penayangannya pada 2 Oktober 2019 lalu, film 'Joker' berhasil menyita perhatian penikmat seni peran. Bahkan, film ini menjadi perbincangan serius ketika dikaitkan dengan kesehatan mental.

Misalnya, banyak warganet yang merasa film ini berhasil memicu berbagai emosi mereka ketika menontonnya.

Hingga mereka memberi imbauan untuk berhati-hati pada orang yang memiliki isu kesehatan mental.

"Mengingatkan followers di IG soal film Joker yang bisa men-trigger mental penonton. Tapi ada dua yg reply begini. Cuma dua, tapi saya lebih kepikiran yang kayak mereka ini."

Baca Juga: Karakter Joker Suka Tertawa saat Sedih, Kenali Gangguan Emosi PBA!

"Mereka sebelum nonton ga ada yang kasih warning," cuit Adriandhy di Twitter-nya, Sabtu (5/10/2019).

Cuitan tentang film Joker (Twitter/Adriandhy)
Cuitan tentang film Joker (Twitter/Adriandhy)

Seperti yang kita tahu bahwa film ini juga mempertontonkan berbagai kejahatan yang dilakukan oleh Joker.

Melansir INSIDER, film ini seakan mewakili kondisi sosial sekarang. Di mana orang yang mengidap masalah kesehatan mental harus ditakuti atau dihindari.

Tidak hanya itu, Joker juga memainkan stereotip 'menyalahkan gangguan mental ketika kekerasan senjata terjadi'.

Padahal, pada kenyataannya justru berkebalikan dari stereotip tersebut.

Baca Juga: Joaquin Phoenix 'Joker' Alami Gangguan Makan, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Menurut Time to Change, organisasi yang bertujuan untuk memerangi diskriminasi terhadap kesehatan mental asal Inggris, lebih dari sepertiga masyarakat berpikir orang dengan masalah kesehatan mental cenderung keras.

Faktanya, tidak ada bukti faktual atau ilmiah yang menunjukkan hubungan gangguan mental dan kekerasan.

Penembakan massal, misalnya, sangat jarang dilakukan oleh orang-orang dengan masalah kesehatan mental. Dan banyak penelitian telah menemukan kurang dari satu persen dari pembunuhan tiap tahunnya dilakukan oleh orang-orang dengan masalah kesehatan mental.

Penelitian di Swedia pada 2006 menemukan, hanya tiga dari lima persen kekerasan dilakukan oleh Orang dengan gangguan mental.

Serta penelitian Swedia pada 2018 menunjukkan orang dengan gangguan mental hampir lima kali lebih mungkin untuk dibunuh.

Justru, melansir Time, orang dengan gangguan mental jauh lebih mungkin melukai diri mereka sendiri daripada orang lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI