10 Tahun BKGN, Pepsodent Pelopori Gerakan Indonesia Tersenyum di Jogja

Rabu, 02 Oktober 2019 | 19:06 WIB
10 Tahun BKGN, Pepsodent Pelopori Gerakan Indonesia Tersenyum di Jogja
Acara 10 Tahun BKGN bersama Pepsodent di RSGM FKG UGM (dok. PT Unilever Tbk.)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Unilever Indonesia Tbk melalui brand Pepsodent berkolaborasi dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) kembali menggelar Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada.

Pada pelaksanaan 10 tahun BKGN kali ini, Pepsodent menginisiasi gerakan "Indonesia Tersenyum" yang mengajak semua orang, khususnya masyarakat kota Yogyakarta dan sekitarnya, menjadi "Pahlawan Senyum" guna mewujudkan Indonesia bebas gigi berlubang.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan bahwa 88,8 persen masyarakat Indonesia masih memiliki masalah gigi berlubang. Bahkan permasalahan juga dialami oleh 92,6 persen anak Indonesia di bawah usia 5 tahun.

Data itulah yang menjadi perhatian Pepsodent mengingat kondisi gigi susu akan sangat memengaruhi kondisi dan struktur gigi permanen di masa mendatang.

Baca Juga: Bentuk Gigi Anda Ungkap Kepribadian Anda yang Paling Menarik!

"Kami melihat masih dibutuhkannya edukasi berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia untuk merawat kesehatan gigi dan mulut secara konsisten. Pepsodent dalam BKGN tahun ini memulai gerakan "Indonesia Tersenyum" guna membebaskan senyum keluarga Indonesia dari gigi berlubang. Kami juga merangkul kontribusi dari seluruh masyarakat Indonesia dalam gerakan ini," kata drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia.

Konferensi pers BKGN 2019 di Yogyakarta (dok. PT Unilever Tbk.)
Konferensi pers BKGN 2019 di Yogyakarta (dok. PT Unilever Tbk.)

Sementara itu, hasil Riskesdas 2018 khusus wilayah DI Yogyakarta menunjukkan baru 6 persen masyarakat yang menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari pada waktu yang tepat, yakni setelah sarapan dan sebelum tidur malam.

Selain itu, DI Yogyakarta juga menempati posisi kelima tertinggi untuk prevalensi permasalah gigi dan mulut, yakni sebesar 65,6 persen. Lalu, sebanyak 93,5 persen masyarakat DI Yogyakarta tidak pernah berkunjung ke tenaga medis gigi.

Oleh karenanya, BKGN 2019 DI Yogyakarta seharusnya menjadi momen tepat bagi masyarakat untuk memulai kebiasaan baik merawat dan memperhatikan kesehatan gigi serta mulutnya.

Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp. Perio (K), Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada (FKG UGM) membenarkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum sadar merawat kesehatan gigi dan mulutnya sejak dini.

Baca Juga: Ternyata Kebersihan Gigi dan Mulut Bisa Pengaruhi Penyakit Kardiovaskular

"Banyak orang baru mengunjungi dokter gigi ketika sudah ada keluhan atau sakit gigi yang sudah tidak bisa ditangani sendiri. Padahal pencegahan dari awal lebih baik daripada menunggu sampai sakit gigi," kata drg. Ahmad Syaify dalam jumpa pers pada Rabu (2/10/2019) di FKG UGM.

Menurutnya, ada dua hal yang mendasari banyak orang tidak pernah datang ke dokter gigi untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya. Hal tersebut mulai dari anggapan bahwa dokter gigi mengerikan dan biayanya yang mahal.

Layanan Pemeriksaan & Perawatan Gigi dan Mulut di RSGM FKG UGM (dok. PT Unilever Tbk.)
Layanan Pemeriksaan & Perawatan Gigi dan Mulut di RSGM FKG UGM (dok. PT Unilever Tbk.)

Padahal sekarang masyarakat sudah bisa menggunakan layanan BPJS untuk merawat kesehatan gigi dan mulut. Meskipun, tidak semua perawatan medis bisa menggunakan BPJS.

"Kenapa jarang ke dokter gigi? Karena kurangnya kesadaran. Pertama, masalah gigi tidak harus ditandai dengan sakit. Kedua, gigi itu bagian integral dari tubuh yang mana kala berlubang atau radang gusi jadi sumber infeksi. Ketiga, pencegahan lebih bagus daripada sampai menunggu sakit gigi," paparnya.

Selain itu, masyarakat sudah seharusnya menyadari bahwa gigi dan mulut sebagai pintu gerbang dari apapun yang akan masuk ke dalam tubuh. Sebab, permasalahan yang terjadi pada gigi dan mulut bisa berdampak pada keluhan lain, termasuk jantung hingga gula darah.

Misalnya, seseorang memiliki gigi mati yakni gigi yang terkadang terasa sakit dan tidak sakit. Gigi itu disebut gigi mati yang nantinya akan terjadi proses pembusukan.

Seseorang mungkin saja tidak akan merasakan sakit lagi. Tapi, gigi mati itu bisa menjadi sumber infeksi yang berdampak pada jantung, gula darah, kehamilan, otak, sendi dan organ tubuh lainnya.

Acara 10 Tahun BKGN bersama Pepsodent di RSGM FKG UGM (dok. PT Unilever Tbk.)
Acara 10 Tahun BKGN bersama Pepsodent di RSGM FKG UGM (dok. PT Unilever Tbk.)

Bahkan infeksi pada gigi juga sudah mulai berdampak pada mata dan sinusitis. Karena itu, rongga mulut yang menjadi pintu gerbang nutrisi harus diperhatian sejak dini.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran ini pula, dokter gigi berpengalaman RSGM dan mahasiswa FKG UGM siap memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta edukasi mulai Selasa (2/10/2019) hingga Jumat (4/10/2019) besok.

Harapannya, gerakan Indonesia Tersenyum oleh Pepsodent ini bisa membuat semua orang menjadi "Pahlawan Senyum" dengan caranya masing-masing.

"Dalam mendukung gerakan 'Indonesia Tersenyum' yang salah satunya dilaksanakan melalui BKGN 2019, Pepsodent percaya bahwa setiap orang bisa menjadi 'Pahlawan Senyum' dengan caranya masing-masing. Mulai dari tenaga medis, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, orangtua, guru bahkan anak-anak," kata drg. Ratu MIrah.

Gerakan Indonesia Tersenyum oleh Pepsodent ini pun sejalan dengan misi pemerintah tahun 2030 yang ingin mewujudkan Indonesia bebas karies.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI