Waduh, Gangguan Kesuburan Bisa Bikin Lelaki Kena Kanker Prostat?

Senin, 30 September 2019 | 05:00 WIB
Waduh, Gangguan Kesuburan Bisa Bikin Lelaki Kena Kanker Prostat?
Gangguan kesuburan bikin lelaki kena kanker prostat lebih muda? (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Waduh, Gangguan Kesuburan Bisa Bikin Lelaki Kena Kanker Prostat?

Kanker prostat merupakan salah satu penyakit khusus yang hanya bisa dialami lelaki. Meski tidak mematikan, studi terbaru menyebut kanker prostat bisa ganggu kesuburan, benarkah?

Menurut survei yang dirilis British Medical Journal, laki-laki yang melakukan ICSI atau pengobatan khusus untuk infertilitas, memiliki risiko terkena penyakit kanker prostat lebih tinggi.

Hasil penelitian tersebut diambil setelah tim peneliti dari Lund University di Swedia mengamati 1,2 juta kasus kehamilan di sana selama 20 tahun.

Baca Juga: Idap Kanker Prostat, Rod Stewart Ajak Lelaki Lakukan Pemeriksaan Dini

Selama 1994 dan 2014, ada satu juta angka kelahiran. Sekitar 97 persen bayi dikandung secara alami sementara sisanya, atau sekitar 1,7 persen merupakan anak hasil metode IVF atau bayi tabung.

Sementara 1,3 persen kelahiran lainnya dihasilkan dari program ICSI, prosedur kehamilan di mana satu sperma berkualitas baik dipilih dan disuntikkan langsung ke dalam sel telur.

Di antara kelompok tersebut, kasus kanker prostat pada konsepsi alami terjadi pada sekitar 0,28 persen, lebih rendah daripada kelompok IVF (0,37 persen) dan ICSI (0,42 persen).

Lelaki dalam kelompok ICSI juga memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat lebih dini sebelum usia 55 tahun.

Prof Yvonne Lundberg Giwercman, yang memimpin penelitian, mengatakan kepada BBC bahwa komplikasi kanker prostat wajib diwaspadai.

Baca Juga: Awas, Hobi Konsumsi Makanan Barat Bisa Picu Kanker Prostat Lho!

Ilustrasi gangguan prostat. (Shutterstock)
Ilustrasi gangguan prostat. (Shutterstock)

"Jumlah kanker prostat sangat kecil, tetapi orang-orang ini masih sangat muda. Mereka adalah kelompok kecil, berisiko tinggi, dan kita harus mengikuti mereka lebih dekat," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI