Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kematian Bayi di Bawah Usia Satu Tahun

Jum'at, 27 September 2019 | 19:30 WIB
Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kematian Bayi di Bawah Usia Satu Tahun
Ilustrasi angka kematian bayi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berdasarkan sebuah penelitian besar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Cardiff, polusi udara secara signifikan dapat meningkatkan risiko kematian bayi di tahun pertama kehidupan mereka.

Menurut hasil penelitian pada bayi di Inggris dan Wales pada 2001 hingga 2012, bayi yang tinggal di daerah paling tercemar memiliki risiko 30% hingga 50% lebih besar meninggal pada usia satu tahun.

Peneliti menjelaskan partikel mikroskopis dari kendaraan bermotor dan industri yang terhirup akan masuk ke paru-paru serta aliran darah.

Dari sini, partikel tersebut dapat memicu penyakit jantung dan kanker paru-paru di kemudian hari. Serta infeksi paru-paru, seperti pneumonia.

Baca Juga: Kontroversial, Studi Ini Sebut Polusi Udara Bikin Orang Gangguan Jiwa

Mereka juga menemukan tiga polutan udara masing-masing meningkatkan risiko kematian bayi.

Polusi udara di Delhi, India. [shutterstock]
Ilustrasi polusi udara di sebuah kota [shutterstock]

Penyebab utamanya, melansir Daily Mail, adalah nitrogen dioksida (NO2), asap jelaga dari kendaraan bermotor atau partikel (PM10), dan sulfur dioksida (SO2).

NO2 dan PM10 sebangian besar dilepaskan dari kendaraan, sedangkan SO2 dihasilkan oleh bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas.

Tingkat rata-rata polutan di daerah yang tercemar adalah 34ug/m3 untuk NO2, 22ug/m3 untuk PM10 dan 6ug/m3 untuk SO2.

Padahal, WHO mengatakan tingkat tingkat aman udara adalah NO2 di bawah 40ug/m3, 20ug/m3 untuk PM10 dan di bawah 5ug/m3 untuk SO2.

Baca Juga: Paru Rusak Akibat Polusi Udara dan 2 Berita Kesehatan Viral Lainnya

“Kami menemukan NO2, PM10 dan SO2 masing-masing berkaitan dengan kematian bayi dalam tingkat yang berbeda, dan kematian neonatal dan post-neonatal. Ini adalah temuan penting karena polutan diproduksi dan berasal dari sumber yang berbeda," kata Dr Sarah Kotecha, ketua tim penelitian ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI