Suara.com - Survei: 70 ribu Ujaran Kebencian perhari di Medsos Karena Netizen Lapar.
Pada dasarnya media sosial merupakan wadah untuk saling berbagi. Namun di sisi lain juga memberi efek negatif. Salah satunya menjadi wadah untuk menumpahkan ujaran kebencian .
Unggahan ujaran kebencian dan kemarahan rupanya terus meningkat setiap tahun dan sulit dikendalikan. Anissa Permatadietha, Marketing Manager RTE & Beverages, Kraft Heinz ABC Indonesia menyebut, berdasarkan data dari Crimson Hexagon menunjukkan, sebanyak 70 ribu unggahan kemarahan dan ujaran kebencian terjadi setiap hari di media sosial (medsos).
"Lebih dari 70 ribu netizen meluapkan kemarahan dan ujaran kebencian di media sosial setiap hari. Data itu didapat melalui survei yang menghitung kata-kata negatif yang muncul dari bulan Januari hingga Juni 2019 di media sosial Twitter. Hasilnya, sebanyak 15,2 juta kemarahan muncul di media sosial. Bila di rata-rata maka sehari jumlahnya sekitar 70 ribu. Itu hanya dari satu platform, belum media sosial lainnya," ujar Anissa Permatadietha dalam acara AntiMaper persembahan ABC Sari Kacang Hijau, Kamis (26/9/2019) di bilangan Jakarta Selatan.
Baca Juga: Pevita Pearce Pose Bawa Bola Sambil Senyum, Netizen Meleleh
Ia menambahkan, bahwa survei kata-kata ujaran kebencian di media sosial mengalami peningkatan sebanyak 5 kali lipat setiap dua tahun, terhitung 2017 hingga 2019. Setelah diteliti lebih lanjut, unggahan kemarahan itu terjadi akibat netizen lapar. Apa kaitannnya?
"Dalam penelitian lanjutan, tampak ujaran kebencian meningkat pada jam-jam 9-12 (pagi menjelang siang). Saat orang-orang sudah melewati makan pagi dan menanti waktu makan siang. Lalu, tweet negatif mengalami penurunan mulai pukul 2 siang hingga 4 sore.
"Kemudian kembali meningkat pada pukul 4 sore hingga 6 petang. Lalu menurun lagi antara jam 7-9 malam (dimana pada jam-jam tersebut waktunya orang makan malam). Tetapi, 2 jam selanjutnya ujaran kebencian meningkat lagi karena orang-orang mulai lapar lagi," paparnya lebih lanjut.
Di samping bukti tweet negatif terjadi pada jam lapar. Isi tweet pada jam-jam yang dipaparkan di atas juga berisi makanan dan kata-kata negatif. Netizen marah-marah soal lapar dan makanan.
Selain faktor internal, penyebab lain kemarahan adalah faktor ekstrenal. Seperti pengaruh lingkungan yang mengompori, stress, tekanan sosial,dan PMS yang dialami perempuan.
Baca Juga: Netizen soal Vlog Jokowi: Sudah Lihat Rontgen Paru Anak SD Korban Karhutla?
"Pada dasarnya orang akan mudah marah ketika mereka lapar. Terutama mereka yanh berada di rentan usia 18-30 tahun. Kami meyakini orang salah satu penyebab munculnya emosi marah adalah rasa lapar," tutup Anissa Permatadietha.