Mahasiswa Alami Sesak Napas karena Gas Air Mata, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Rabu, 25 September 2019 | 19:14 WIB
Mahasiswa Alami Sesak Napas karena Gas Air Mata, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mahasiswa korban kericuhan demonstrasi di Gedung DPR/MPR Senayan Jakarta berdatangan menuju ruang Unit Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Daruray RS Mintohardjo, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019). [Antara/Andi Firdaus]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mahasiswa Alami Sesak Napas karena Gas Air Mata, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Sejumlah mahasiswa mengaku sesak napas usai melakukan aksi di depan Gedung DPR, Selasa (24/9/2019) kemarin. Banyak di antaranya yang harus mendapat perawatan di rumah sakit.

Pengakuan mahasiwa, sesak napas usai terjadi usai aparat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Tapi benarkah gas air mata yang hanya memiliki efek perih di mata dapat menimbulkan sesak napas jika terhirup? Begini penjelasan medis versi Dokter Spesialis Paru, Dr. Erlang Samoedro, Sp.P saat dihubungi Suara.com Rabu (25/9/2019).

Baca Juga: Mayoritas Korban Ricuh Demo Mahasiswa Sesak Napas, Anies: Tiga Dioperasi

"Di kita zat kimia (seperti gas air mata) yang masuk ke saluran paru bisa menyebabkan sesak napas dan itu pasti," ungkap Dr. Erlang.

Keadaan dan situasi yang tengah terpacu adrenalin seperti demo dan olahraga akan membuat jantung berdegup gencang. Belum lagi sehabis berteriak sering kali membutuhkan udara lebih agar napas kembali normal, dan sayangnya keadaan penuh sesak itulah yang membuat pernapasan sulit.

"Karena dia butuh nafas cepat, karena situasi ditambah lagi dengan gas air mata ditambah masuk pasti jadi tambah lebih sesak," jelas Dr. Erlang

Saat jantung berdetak cepat karena adrenalin, maka kinerja paru-paru juga akan semakin cepat, dan udara yang terhirup tidak mencukupi, sehingga sesak napas semakin menjadi. Meski begitu Dr. Erlang mengatakan tidak akan ada efek berlebih.

"Efeknya sih hanya sesak nafas saja, logisnya dia lagi stres karena ada ribut-ribut, sehingga dia akan merasa sesak, karena kebutuhan oksigen akan meningkat kalau kemasukan (gas air mata)," lanjutnya.

Baca Juga: Gas Air Mata Kedaluarsa Dilempar ke Mahasiswa? Istri Munir: Bisa Jadi Racun

Aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah kerumunan warga atau pegawai di dekat Gedung Jakarta Design Center dan Gedung Bangun Cipta, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (25/9/2019). (Suara.com/Novian)
Aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah kerumunan warga atau pegawai di dekat Gedung Jakarta Design Center dan Gedung Bangun Cipta, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (25/9/2019). (Suara.com/Novian)

Namun Dr. Erlang mengingatkan untuk waspada, saat orang tersebut merupakan penderita asma, maka harus segera mendapat pertolongan pertama. Jika pertolongan tidak mencukupi, maka segera bawa ke rumah sakit atau klinik terdekat.

"Yang paling penting evakuasi dari itu tadi, hindari ke ruangan yang (sesak). Lebih ada oksigennya, kemudian tempatnya lebih luas dan tidak ada zat tercemar, itu aja, dia akan balik lagi sendiri," jelasnya.

Sedangkan bagi mereka yang masih mengaku sesak napas, maka cobalah untuk atur pola makan, perbanyak minum air putih untuk mengencerkan darah, tidak merokok dan rutin berolahraga.

Jika sudah berhari-hari maka segeralah periksakan diri ke dokter, lebih lagi gejalanya seperti debaran tidak menentu, dibarengi dengan keringat dingin, dan tubuh kebas atau kesemutan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI