Kasus Kabut Asap, Dokter Spesialis Anak Tak Sarankan Penggunaan Masker N95

Selasa, 24 September 2019 | 08:49 WIB
Kasus Kabut Asap, Dokter Spesialis Anak Tak Sarankan Penggunaan Masker N95
Sejumlah siswa bersiap pulang usai mendapat pengumuman sekolah diliburkan, di SMP Negeri 54 Palembang, Sumsel, Senin (23/9). [ANTARA FOTO/Feny Selly]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabut asap akibat kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau terus menyebar ke sejumlah daerah, termasuk negara tetangga, Malaysia.

Orang-orang yang terdampak kabut asap juga sempat disarankan menggunakan masker N95 yang dianggap bisa melindungi pernapasan.

Tetapi, seorang dokter spesialis anak justru tidak menyarankan penggunakan masker N95 ini pada anak-anak. Dokter Natalie Epton, dokter spesialis anak ini menyarankan orangtua di Singapura agar tak memberikan masker N95.

"Saat ini tidak ahli yang menyetujui penggunaan masker N95 pada anak-anak," katanya, dikutip dari World of Buzz.

Baca Juga: Kabut Asap Merembet ke Nias, Warga Diminta Waspada Infeksi Paru-paru

Menurutnya, masker N95 justru memliki efek buruk untuk pernapasan anak-anak. Mereka lebih mungkin kesulitan bernapas saat menggunakan masker, apalagi jika pernapasannya sudah terganggu akibat kabut asap.

Masker N95 [shutterstock]
Masker N95 [shutterstock]

Sementara ini, masker N95 hanya disarankan untuk orang dewasa dan remaja. Sedangkan penggunaan masker N95 pada anak-anak, tergantung pada bentuk wajah dan ukurannya.

Di sisi lain, penggunaan masker bedah pada anak-anak juga kurang membantu melindungi pernapasan dari kabut asap.

Kementerian Pendidikan Singapura juga telah mengakui bahwa penggunaan masker N95 untuk anak-anak belum memenuhi standarisasi internasional.

Seorang siswa bersama orang tuanya mengenakan masker saat menunggu angkutan umum, di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (23/9). [ANTARA FOTO/Mushaful Imam]
Seorang siswa bersama orang tuanya mengenakan masker saat menunggu angkutan umum, di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (23/9). [ANTARA FOTO/Mushaful Imam]

Dalam kasus ini, sejumlah sekolah di Singapura pun menyiasatinya dengan menggunakan alat pembersih udara di dalam ruang kelar. Pembersih udara tersebut digunakan ketika kualitas udara mencapai kisaran sangat tidak sehat.

Baca Juga: 5 Berita Viral Kesehatan: BH Jadi Masker, Obati Mata Merah Pakai ASI

"Karena itu, masker tidak diperlukan. Apalagi di ruang tertutup yang sudah dilengkapi pembersih udara," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI