Suara.com - Anak Suka Makan Junk Food, Benarkah Bisa Kena Alergi?
Bahaya makan junk food bukan hanya menghantui orang dewasa. Studi melaporkan salah satu dampak junk food ternyata juga meningkatkan risiko alergi pada anak.
Siapa yang tidak tergoda dengan junk food? Makanan ini disajikan dengan kombinasi yang menggoyang lidah, mulai dari rasa gurih, manis, dan asin. Namun, perlu Anda tahu jika dikonsumsi terlalu sering, junk food bisa meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, dan diabetes dan alergi pada anak.
Tidak hanya itu, studi yang dilakukan oleh University of Naples Federico II baru-baru ini (2019) menemukan adanya peningkatan tajam angka alergi pada anak yang makan junk food.
Baca Juga: Doyan Makan Junk Food, Bisa Bikin Sperma Rusak Lho
Peneliti mengamati anak usia 6 hingga 12 tahun, yang memiliki dua jenis alergi berbeda, yaitu alergi makanan dan alergi pernapasan. Hasilnya, anak yang alergi makanan memiliki tingkat senyawa terkait alergi yang lebih tinggi di bawah permukaan kulitnya, ketimbang anak dengan alergi pernapasan.
Setelah diselidiki lebih dalam, penyebab potensialnya adalah senyawa advanced glycation end products atau dikenal dengan AGEs. Senyawa ini ditemukan paling banyak pada makanan olahan, yang terbentuk ketika molekul gula berikatan dengan protein atau lemak yang terpapar suhu panas.
AGEs bisa ditemukan pada steik yang dibakar hingga dagingnya kecokelatan atau kentang yang digoreng dalam minyak panas. Kadar AGEs yang tinggi pada junk food inilah yang membuat anak kemungkinan berisiko tinggi memiliki alergi makanan.
Meski penelitian menunjukkan adanya kemungkinan junk food menjadi penyebab alergi pada anak, pakar kesehatan lain menyebut bahwa itu bukanlah penyebab tunggal.
“Penyebab alergi beragam, termasuk genetika dan lingkungan,” ujar dr. Elliot dari American College of Allergy, Asthma, and Immunology, dikutip Hello Sehat dari laman Health Line.
Baca Juga: Utamakan Kesehatan, 6 Seleb Korea Ini Hindari Junk Food
“Makanan olahan memang kurang memiliki keragaman protein, tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami peran AGEs dalam berkembangnya alergi makanan,” papar Dr. Wendy Sue, Swanson MBE, FAAP dokter anak di Seattle Hospital.