Waspada Gula Berlebih, Dede Yusuf Kurangi Konsumsi Kopi

Senin, 16 September 2019 | 18:10 WIB
Waspada Gula Berlebih, Dede Yusuf Kurangi Konsumsi Kopi
Dede Yusuf mulai kurangi konsumsi kopi. (Suara.com/Risna Halidi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Waspada Gula Berlebih, Dede Yusuf Kurangi Konsumsi Kopi

Ketua Komisi IX DPR-RI, Dede Yusuf, mengaku merupakan seorang penikmat berat minuman kopi. Namun kini, kebiasaan tersebut sudah ia kurangi secara perlahan.

Berbicara dalam acara Forum Merdeka Barat 9 di Ruang Serbaguna Kemkominfo, Senin, (16/9/2019),Dede Yusuf mengaku bahwa dirinya dulu biasa minum sampai delapan gelas kopi dalam sehari.

"Awalnya ngopi delapan gelas sehari, tapi karena tahu dapat menimbulkan masalah kesehatan, jadi dikurangi jadi tiga gelas sehari," kata Dede Yusuf.

Baca Juga: Selain Namanya Tak Senonoh, Kopi Lucinta Luna Juga Mengandung Kolagen

Di sisi lain, Dede Yusuf melihat minuman kopi mulai beralih yang tadinya hanya dikonsumsi oleh kaum bapak-bapak, mulai berubah menjadi gaya hidup urban yang dikonsumsi oleh anak muda.

Untuk itu, ia mendorong agar Badan POM membuat aturan agar kafe-kafe dan coffee shop untuk membuat papan notifikasi kandungan, yang berisi informasi soal bahan-bahan yang digunakan saat meracik kopi.

"Saya sudah ngomong dengan Badan POM, aturan kafe yang jual kopi membuat notofikasi kurangi asupan gula, termasuk kopi yang bahaya untuk asam lambung. Kopi juga membuat efek kecanduan atau adiksi. Hal tersebut harus dikomunikasikan supaya pembeli tahu bahwa beberapa tahun ke depan, ada penimbunan gula dalam tubuh," katanya.

Dengan begitu, ia berharap, masyarakat bisa sadar apa yang telah ia makan dan minum.

Ditemui dalam acara serupa, Kepala Badan POM, Penny K. Lukito mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mulai mensosialisasikan aturan label pada produk.

Baca Juga: Bisnis Kopi Lucinta Luna Mirip Nama Kelamin, Berhasil Curi Perhatian

"Hal tersebut sebagai bentuk edukasi dan informasi bagi masyarakat agar membaca label informasi nilai gizi. Bahkan kami ingin seperti di negara lain yang mencantumkan kadar gula garam lemak dalam bentuk warna yaitu hijau kuning dan merah. Tapi ini membutuhkan waktu lama, karena ada aspek lainnya," tutup Penny.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI