Penderita Hipertensi, Perhatikan Hal Berikut Sebelum Olahraga Lari

Kamis, 12 September 2019 | 18:59 WIB
Penderita Hipertensi, Perhatikan Hal Berikut Sebelum Olahraga Lari
Penderita Hipertensi, Perhatikan Hal Berikut Sebelum Olahraga Lari [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penderita Hipertensi, Perhatikan Hal Berikut Sebelum Olahraga Lari

Kewajiban berolahraga memang tidak mengenal batasan usia dan penyakit. Olahraga diperlukan untuk mencegah penyakit dan memperbaiki metabolisme tubuh, termasuk berolahraga lari.

Namun buat penderita darah tinggi atau hipertensi harus berhati-hati jika memilih berlari sebagai olahraga. Berlari dapat meningkatkan pola kerja jantung dan peredaran darah sehingga fungsi jantung akan terganggu.

"Bukan nggak boleh tapi harus dibatasi sesuai tingkat kemampuannya, tapi kalau misalnya lebih batas kemampuan batasnya terlalu lelah terlalu capek untuk memacu darah, maka akan berakibat menurunnya fungsi jantung," ujar dr. Hermawan Irawan, Medical Practitioner, PT Avrist Assurance dalam acara New Balance Run On 2019 di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019).

Baca Juga: Tidur Tak Teratur Tingkatkan Risiko Diabetes Hingga Darah Tinggi

[Kedua dari kiri] dr. Hermawan Irawan, Medical Practitioner, PT Avrist Assurance dalam acara New Balance Run On 2019 di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019) (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
[Kedua dari kiri] dr. Hermawan Irawan, Medical Practitioner, PT Avrist Assurance dalam acara New Balance Run On 2019 di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019) (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Kondisi yang sudah sangat parah dan harus jalani serangkaian perawatan tidak diperkenankan melakukan olahraga lari. Tapi jika masih taraf terkontrol dan dengan pengawasan dokter berlari diperkenankan asal tidak terlalu diforsir dengan mengenal beberapa tanda tubuh.

"Untuk tanda limit stop melakukan olahraga, harus istirahat, itu ditandai dengan ketidakmampuannya. Salah satunya contoh lemas, mata mulai kunang kunang, karena aliran darah ke otak itu mulai berkurang, hyperventilation atau napas yang sangat cepat, yang cukup vital itu rasa mual dan muntah. Itu sudah harus berhenti," ungkap dr.Hermawan

Lalu, pertolongan seperti apa yang bisa dilakukan, selain harus benar-benar menghentikan olahraga?

Yakni pastikan tempat beristirahat aman dari kecelakaan, tidak menghalangi aktivitas orang lain, dan pastikan Anda tidak berada di tempat banyak orang agar nyaman untuk mengambil napas.

"Bukan ditempat sumpek, jadi kebutuhan oksigen kita pun akan dapat ter-supply dengan baik, kondisi utamanya stop beraktivitas. Kedua, minum kalau sudah bisa minum, kalau masih mual muntah jangan dipaksakan," tuturnya.

Baca Juga: Bayi yang Lahir Kekurangan Vitamin D Berisiko Alami Tekanan Darah Tinggi

Dari postur pengidap, duduk juga memengaruhi, posisi yang tepat ialah setengah berbaring untuk mempermudah kinerja jantung dan paru-paru untuk mengambil napas.

"Aliran ke kepala tidak terlalu berat jadi jantung kerjanya tidak terlalu berat. Kalau tiduran yang tadi efek mual itu asam lambung akan semakin naik. Jadi setengah duduk atau setengah berbaring itu cukup baik," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI