Pria Ini Rela Jadi Subjek Uji Coba Kemoterapi Baru, Ini Alasannya!

Vika Widiastuti Suara.Com
Kamis, 12 September 2019 | 17:30 WIB
Pria Ini Rela Jadi Subjek Uji Coba Kemoterapi Baru, Ini Alasannya!
Ilustrasi kemoterapi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kanker adalah penyakit mematikan dan telah merenggut banyak nyawa. Rasa kehilangan inilah yang salah satunya dialami oleh seorang wanita asal Malaysia.

Melalui akun Twitter-nya, Vanessa mengatakan, ayahnya yang menderita kanker dan berani mengajukan diri sebagai subjek ujicoba obat kemoterapi baru.

"Almarhum ayah saya didiagnosis menderita kanker stasium 4. Setelah menjalani beberapa kemoterapi, dokter bertanya padanya apakah ia ingin menjadi responden untuk studi mereka tentang kemoterapi baru," tulisnya di Twitter, Selasa (10/9/2019)

Para Dokter juga memberikan ayahnya dokumen dan daftar panjang mengenai efek yang bisa ditimbulkan akibat kemoterapi baru ini. Ayahnya lantas meminta Vanessa untuk membacakan serangkaian efek yang kemungkinan timbul tersebut.

Baca Juga: Kiki Farrel Khawatir Ibunya Akan Alami Efek Kemoterapi, Apa Saja Dampaknya?

Efek sampingnya di antaranya adalah rambut rontok, sakit perut, kerusakan hati. Sang ayahnya juga meminta Vanessa untuk menasihatinya apakah harus melakukannya atau tidak.

Cuitan wanita yang ayahnya jadi subyek ujicoba obat kemo. (Twitter/@vanessajulan_)
Cuitan wanita yang ayahnya jadi subyek ujicoba obat kemo. (Twitter/@vanessajulan_)

Vanessa mengatakan "tidak" dan meminta ayahnya untuk melanjutkan kemoterapi biasanya yang dia jalani. Sang ayah pun berterima kasih padanya karena telah dijelaskan dan diberi pendapat, seperti dilansir dari World of Buzz.

Namun keesokan harinya, ketika Vanessa sedang bekerja, ibunya menelepon. "Ayahmu pergi untuk melakukan kemoterapi baru," katanya.

Vanessa lantas berusaha menghubungi ayahnya dan menghubungi saudara laki-lakinya yang membawa ayahnya ke rumah sakit. Namun, sudah terlambat karena ayahnya sudah di tengah perawatan.

"Mengapa Ayah melakukan perawatan baru. Padahal aku sudah menjelaskan dan meminta jangan," katanya kemudian.

Baca Juga: Imunoterapi atau Kemoterapi, Mana yang Ampuh dalam Perawatan Kanker?

"Aku ingin tahu apakah kemoterapi ini akan berhasil. Jika berhasil, aku akan menjadi bukti hidup bahwa ada obat untuk kanker. Jika tidak, saya akan mengorbankan diri untuk membuktikan bahwa dokter perlu melakukan yang lebih baik. Aku tidak ingin orang lain mati.

Setelah menjelani beberapa kali kemoterapi, lanjutnya, sang ayah menderita reaksi alergi dan meninggal pada 16 Januari 2016.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI