![Gaya khas BJ Habibie. (Instagram/@b.jhabibie)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/09/12/10283-gaya-khas-bj-habibie-instagramatbjhabibie.jpg)
Ayahnya tidak kesal dengan semua pertanyaan yang Rudy ajukan tersebut, tapi menjawabnya dengan serius. Ia tak menjawab dengan jawaban yang sederhana, tetapi menjawabnya dengan serius tapi dengan cara yang sesederhana mungkin sehingga anak kecilpun tahu.
2. Saat gagal, jangan menyerah
Salah satu contoh, suatu waktu saat berusia 3 tahun, Rudy menanyakan, apa yang dilakukan ayahnya dengan menggabungkan kedua pohon yang berbeda atau tak sejenis. Ayahnya memang menjabat landbouwconsulent atau setara dengan Kepala Dinas Pertanian di Pare Pare, Sulawesi Selatan.
"Papi sedang melakukan eksperimen, jadi kita bisa menemukan jawaban dari percobaan. Nah, ini namanya setek. Batang yang di bawah itu adalah mangga yang ada di tanah kita, tapi rasanya tidak seenak mangga dari Jawa. Jadi, batang Mangga dari jawa, papi gabungkan dengan batang yang di bawah ini," kata ayahnya.
Baca Juga: Pelayat Habibie Terus Berdatangan, Alunan Doa Menggema Tak Henti
![Gaya khas BJ Habibie. (Instagram/@b.jhabibie)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/09/12/29049-gaya-khas-bj-habibie-instagramatbjhabibie.jpg)
Rudy kembali bertanya, “Mengapa Papi gabungkan?” Jawaban ayahnya, “Agar kamu dan teman-teman bisa makan mangga yang enak”. Lantas Rudy bertanya lagi, “Kalau gagal bagaimana?”. Jawaban ayahnya, “ Kita cari cara lain dan pohon Mangga lain agar bisa tumbuh di sini”.
Ini membuktikan jika sang ayah mengajarkan Habibie, bahwa kegagalan adalah proses wajar yang bisa dialami oleh siapapun. Namun, jangan menyerah terhadap kegagalan dan jangan malu untuk mencobanya lagi.
3. Diajarkan hidup prihatin sejak kecil
Di depan ribuan alumni penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), pada 2017 silam, Habibie mengaku dapat mengecap bangku kuliah di luar negeri, tepatnya di kampus Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen, Jerman, tanpa beasiswa dari negara maupun swasta.
Hal ini, kata dia dikarenakan sang ibu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo, menolak putranya harus sekolah keluar negeri dengan beasiswa.
Baca Juga: Kenang Sosok Mendiang BJ Habibie, JK: Seorang Imuwan Sekaligus Negarawan
![Mendiang BJ Habibie (instagram @b.jhabibie)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/09/12/96910-mendiang-bj-habibie-instagram-atbjhabibie.jpg)
"Ibu bilang tidak (pakai beasiswa). Saat saya berusia 18 tahun, paspor saya warna hijau, sedangkan yang lain biru. S1 dan S2 biaya sendiri, S3 saya mandiri, kerja sebagai asisten dan saya bisa lulus di usia 28 tahun," kata mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia era Orde Baru ini.