Suara.com - Presiden ketiga Republik Indonesia, Bachruddin Jusuf Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto pukul 18.05 WIB, Rabu (11/9/2019) kemarin. Berpulangnya BJ Habibie begitu meninggalkan duka mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia.
BJ Habibie meninggal dunia di usia 83 tahun akibat gagal jantung. Sejak 1 September 2019, BJ Habibie menjalani perawatan intensif karena kondisi jantungnya menurun.
Sebelumnya, BJ Habibie memang sudah mengalami masalah kesehatan, salah satunya TBC tulang, ketika masih berusia 21 tahun. Saat itu Habibie menjalani operasi pembelahan betis untuk mencari tahu permasalahan tulangnya.
Dari sanalah kemudian disebut-sebut Habibie menjadi mudah sakit, termasuk adanya infeksi saat operasi dan mengganggu pernapasan juga kesehatan jantungnya.
Baca Juga: BJ Habibie Pernah Alami Kebocoran Klep Jantung, Begini Pengobatannya
Tetapi, benarkah penyakit TBC Tulang BJ Habibie yang menyebabkan kesehatan jantungnya terganggu?
Melansir dari Healthline, TBC atau tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini termasuk 10 penyebab utama kematian yang penyebaran bakterinya bisa melalui udara.
Umumnya, penyakit ini menyerang paru-paru tapi bisa menyebar hingga tulang yang disebut TBC tulang. Penyakit TBC tulang ini akan memengaruhi tulang belakang, tulang panjang dan persendian.
Oleh karenanya, beberapa penderita mungkin akan merasa nyeri di bagian punggung dan bentuk tulang punggung aneh seperti bungkuk. Jika tak diobati, penyakit ini bisa menyebabkan sejumlah komplikasi, salah satunya penyakit jantung.
1. Meningitis
2. Nyeri tulang
3. Kerusakan sendi
4. Kerusakan hati dan ginjal
5. Gangguan jantung
Baca Juga: BJ Habibie Meninggal Karena Gagal Jantung, Seperti ini Gejala Penyakitnya
Studi norwegia, dilansir dari Science Daily, juga menemukan orang dengan masalah kesehatan tulang seperti osteoporosis lebih berisiko menderita penyakit kardiovaskular.
Profesor Lone Jorgensen dari University of Tromso pernah melakukan penelitian dan menemukan bahwa wanita yang menderita stroke memiliki kepadatan tulang yang jauh lebih rendah daripada wanita sehat lainnya.
"Temuan ini menggelitik kami dalam mencari koneksi antara osteoporosis dan aterosklerosis (pengerasan arteri). Aterosklerosis adalah penyakit di mana lemak, kalsium dan jaringan ikat berkumpul di dinding arteri. Kondisi ini menjadi penyebab umum stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya," jelasnya.