Suara.com - Wajib Tahu, 4 Alasan Seseorang Ingin Bunuh Diri Menurut Psikolog
Momen Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia diperingati setiap tanggal 10 September. Melalui peringatan ini, diharapkan perhatian dan kewaspadaan terhadap kasus bunuh diri semakin besar.
Menurut psikolog Liza M Japrie, keinginan bunuh diri bisa dirasakan siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa dan lansia.
Dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (11/9/2019) Liza mengatakan setidaknya ada 4 penyebab seseorang memiliki keinginan bunuh diri. Apa saja?
Baca Juga: Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Ini Ciri Orang Paling Berisiko!
1. Tingkat stres tak terbendung
Tekanan sosial pola hidup yang ketat dan penuh persaingan tidak sehat jadi salah satu alasan. Liza menemukan pasiennya usia SMP tertekan karena tuntutan orang tua karena nilai pelajarannya tidak sempurna, langsung stres dan mendapat tekanan terus menerus maka pikirannya langsung membludak.
"Intinya orang bunuh diri itu kaya plafon stresnya udah nggak kuat," ujar Liza.
2. Merasa putus asa dan sia-sia
Seseorang yang bunuh diri merasa tidak memiliki jalan keluar, ibarat jalan buntu orang tersebut tidak bisa berbisa berbuat apa-apa segala yang dilakukannya terasa sia-sia. Saat tidak lagi kuat menahannya, maka tibalah memilih akhiri hidupnya.
Baca Juga: Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Ini Pentingnya Sadar Kesehatan Mental!
"Orang bunuh diri itu merasa kaya di jalan buntu, tapi cuman sebentar di jalan buntu nggak apa-apa, paling muter balik. Kalau ini udah bertahun tahun di jalan buntu akhirnya nggak bisa ngapa-ngapain lagi, akhirnya merasa keputusan terbaik untuk mengakhiri hidup ini," jelas Liza.
3. Tidak punya sosial support yang baik
Ketika seseorang miliki masalah, biasanya ia akan bercerita di orang sekitarnya baik keluarga, sahabat, ataupun tenaga ahli seperti psikolog. Tidak harus memberikan solusi, support sosial ini harus miliki kemampuan mendengarkan yang baik.
"Ada sosial supportnya tapi cuek bebek atau nggak cocok pendekatannya yang diinginkan. Sosial supportnya hadir tapi nggak punya kemmampuan mendengarkan dengan baik, jadi dia tetap aja nggak punya teman ngobrol," tutur Liza.
4. Tingginya tingkat individualistik
Zaman yang serba cepat, membuat banyak orang sibuk dengan kerjaan masing-masing. Alig-alih sibuk dengan urusan pribadi orang, mereka cenderung asik dengan aktivitas sendiri. Hal inilah yang pada akhirnya membuat orang lain sungkan untuk curhat, meski dengan teman sekalipun.
"Kalau ada pun yang butuh kita cenderung ah yaudahlah, urusan tetangga depan. Jadi itu yang menyebabkan kalau di psikologi jadi alienation gitu, sendiri aja akhirnya stag nggak bisa ngapa-ngapain yaudahlah," ungkap Liza.