Sebaliknya, penelitian ini menemukan penyakit tak menular seperti kanker dan pneumonia lebih jarang diderita orang-orang di negara berpendapatan rendah ketimbang negara makmur.
Penelitian kedua, yang juga dilaksanakan peneliti Kanada, dan pengamatan terhadap data pasien dari 21 negara yang sama, menemukan bahwa “faktor risiko yang dapat dikontrol” menyumbang 70 persen kasus penyakit jantung di dunia.
Mereka menjelaskan bahwa faktor-faktor ini termasuk diet dan faktor perilaku serta sosial-ekonomi.
Faktor risiko metabolik – kolesterol tinggi, obesitas, atau diabetes – menyebabkan lebih dari 40 persen penyakit jantung secara keseluruhan, dan sejauh ini menjadi penentu terbesar penyakit di negara-negara yang lebih makmur.
Baca Juga: Cek Warna Urine Anda, Ini Bisa Deteksi Kanker Kronis Lebih Awal!
Namun, ada juga hubungan yang kuat antara penyakit jantung di negara-negara berkembang dan polusi udara rumah tangga, diet yang buruk, dan tingkat pendidikan yang rendah.
“Sebuah perubahan dalam tindakan penanganan dibutuhkan untuk mengurangi dampak besar penyakit jantung yang tidak proporsional di negara dengan pendapatan rendah dan menengah,” ungkap Salim Yusuf, profesor kedokteran Universitas McMaster.
“Pemerintah di negara-negara ini perlu memulai investasi dengan porsi lebih besar dari produk domestik brutonya dalam mencegah dan memantau penyakit tak menular, termasuk penyakit jantung, ketimbang terlalu besar fokus pada penyakit menular,” tutup Salim Yusuf.