Selain Mengantuk, Kondisi Kesehatan Ini Juga Bisa Sebabkan Kecelakaan

Selasa, 03 September 2019 | 11:15 WIB
Selain Mengantuk, Kondisi Kesehatan Ini Juga Bisa Sebabkan Kecelakaan
Kecelakaan beruntun di Tol Purbaleunyi, Purwakarta Jawa Barat. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tragedi kecelakaan di Tol Cipularang, Purwakarta, pada Senin (2/9/2019) melibatkan 21 kendaraan dan menewaskan 8 orang. Sebanyak enam orang juga mengalami luka berat serta 16 orang luka ringan.

Berdasarkan hasil penyelidikan, Kapolres Purwakarta AKBP Matrius menduga kecelakaan ini diakibatkan oleh pengemudi dumptruk kurang konsentrasi.

Selain itu, Matrius juga menduga truk kelebihan muatan.

"Terguling itu bisa disebabkan muatan melebihi batas, jalanan yang jelas menurun. atau faktor mengemudinya lelah atau ngantuk," kata Matrius di lokasi kecelakaan, Senin (2/9/2019).

Baca Juga: Insiden Tol Cipularang Diduga karena Kantuk, Tanda Pengemudi Harus Menepi

Human error seperti pengemudi kelelahan atau mengantuk memang menjadi salah satu penyebab banyaknya kecelakaan lalu lintas.

Selain kantuk, beberapa kondisi kesehatan pengemudi juga bisa menjadi faktor penyebab adanya kecelakaan lalu lintas.

Melansir laman lorenzoandlorenzo.com, berikut beberapa kondisi kesehatan tersebut:

- Penyakit jantung
- Penglihatan buruk
- Diabetes
- Gangguan kejang

Menurut National Highway Traffic Safety Administration, gangguan fungsional pada kinerja pengemudi dapat disebabkan oleh efek akut atau kronis dari suatu kondisi kesehatan tertentu.

Baca Juga: Update Kecelakaan Tol Cipularang, Berikut Lima Faktanya

Ilustrasi mengantuk saat mengemudi (Shutterstock).
Ilustrasi pengemudi merasa sakit tiba-tiba (Shutterstock).

Efek akut dapat terjadi dari kondisi kesehatan yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak dapat diprediksi sebelumnya, seperti kejang akibat epilepsi serta reaksi hipoglikemik.

Berbeda dengan efek kronis, efek akut justru lebih tahan lama. Maksudnya, disebabkan oleh kondisi kesehatan yang dapat diprediksi dan stabil.

Hal ini memungkinkan dampak efek kronis pada kemampuan mengemudi seseorang dapat diukur. Dengan demikian, keputusan untuk mengemudi yang berkelanjutan dapat didasarkan pada ukuran kinerja individu dan bukan pada estimasi risiko.

Tetapi ada juga kondisi kesehatan yang termasuk keduanya. Seperti diabetes dapat memiliki efek akut (reaksi hipoglikemik) dan efek kronis (retinopati diabetik, komplikasi kardiovaskular, neuropati diabetik, dll).

Demikian pula, penyakit kardiovaskular dapat dikaitkan dengan efek akut (infark miokard) dan dengan efek kronis (kardiomiopati hipertrofik, gagal jantung kongestif, dll).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI