Berbeda dengan efek kronis, efek akut justru lebih tahan lama. Maksudnya, disebabkan oleh kondisi kesehatan yang dapat diprediksi dan stabil.
Hal ini memungkinkan dampak efek kronis pada kemampuan mengemudi seseorang dapat diukur. Dengan demikian, keputusan untuk mengemudi yang berkelanjutan dapat didasarkan pada ukuran kinerja individu dan bukan pada estimasi risiko.
Tetapi ada juga kondisi kesehatan yang termasuk keduanya. Seperti diabetes dapat memiliki efek akut (reaksi hipoglikemik) dan efek kronis (retinopati diabetik, komplikasi kardiovaskular, neuropati diabetik, dll).
Demikian pula, penyakit kardiovaskular dapat dikaitkan dengan efek akut (infark miokard) dan dengan efek kronis (kardiomiopati hipertrofik, gagal jantung kongestif, dll).
Baca Juga: Insiden Tol Cipularang Diduga karena Kantuk, Tanda Pengemudi Harus Menepi