Jangan Dikasih Balsem, Pegal Bisa Jadi Gejala Penyakit Jantung

Senin, 02 September 2019 | 10:21 WIB
Jangan Dikasih Balsem, Pegal Bisa Jadi Gejala Penyakit Jantung
Ilustrasi lelaki alami pegal (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit jantung jadi pembunuh nomor satu di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebabnya adalah faktor gejalanya yang sulit dideteksi.

Tidak sedikit yang menganggap sakit jantung sebagai gejala masuk angin atau angin duduk. Alhasil, anggapan keliru ini membuat pertolongan pertama terlambat diberikan.

Lalu, apa beda gejala masuk angin dan penyakit jantung?

"Nah, masuk angin itu mirip dengan penyakit jantung, karena orang bilang penyakit jantung itu angin duduk. Rasanya pegal, angin duduk saja kali, dikasih balsam terus. Itu sebentar lagi sudah serangan jantung berat. Itu sebenernya gejala (masuk angin dan jantung mirip) yang mirip," ujar Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Kardiologi Intervensi. Dr.Vito A.Damay, Sp.JP(K), M.Kes, FIHA, FICA, di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8/2019).

Baca Juga: 5 Manfaat Berenang untuk Kesehatan, Bisa Cegah Penyakit Jantung

Dr. Vito menjelaskan gejala yang khas saat seseorang mengidap jantung, yakni adanya sakit dada tengah yang berat dan dalam, seolah ada hantaman berat, dan pegal, serta kebas pada tangan kiri.

Keringat dingin yang keluar hingga basah seluruh badan, inilah yang banyak disangka mirip gejala masuk angin.

"Padahal bukan. Keringat dingin, itu bukan masuk angin biasa tuh, jadi itu mungkin serangan jantung, apalagi tangan kirinya rasa kebas, dagunya pegal juga, itu namanya serangan jantung, memang mirip," jelas Dr. Vito.

"Tapi orang zaman dulu sering kali, 'ah diurut juga hilang'. Padahal kalau cepat dibawa ke rumah sakit, kemungkinan waktu selamat itu lebih tinggi," sambungnya.

Penyakit jantung memang banyak disalahpahami orang, jika ia bukan ahlinya. Inilah mengapa selain sebagai pembunuh nomor satu, APBN negara juga terkuras karena pengobatan yang terbilang mahal. Belum lagi semakin lama diidentifikasi, maka semakin rendah angka harapan hidup penderitanya.

Baca Juga: Studi Ungkap Insomnia Berkaitan dengan Peningkatan Risiko Penyakit Jantung

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI