Suara.com - Bagi beberapa orang, tato dianggap sebagai seni atau bahkan beberapa menganggapnya sebagai bagian dari diri mereka sendiri.
Sayangnya, tinta warna dianggap lebih berisiko pada kulit daripada tinta hitam.
Hal ini pun didukung oleh sebuah studi yang dilakukan di European Synchrotron Radiation Facility (ESRF) di Grenoble, Prancis.
Menurut penelitian tersebut, ketika jarum tato memasuki kulit, partikel logam kecil dilepaskan dan melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening.
Baca Juga: Dedikasi untuk Anjing, Sophie Turner dan Joe Jonas Bikin Tato Kembar
Hasil penelitian tersebut pun menemukan nikel dan kromium, yang merupakan alergen, terlepas dari jarum tato ketika pigmen tertentu digunakan.
Ketika seniman tato ingin mencampur warna-warna cerah seperti biru, hijau dan merah, mereka menggunakan pigmen putih yang disebut titanium dioksida.
Tim peneliti percaya bahwa logam-logam berat ini dapat menjelaskan mengapa beberapa orang bereaksi buruk terhadap tato.
"Kami menindaklanjuti penelitian kami sebelumnya, dengan mencoba menemukan hubungan antara besi, kromium, nikel dan pewarnaan tinta," kata Ines Schreiver, seorang ilmuwan di ESRF.
Tim memeriksa sampel tinta di bawah sinar-X dan menemukan ketika tinta tato mengandung titanium dioksida, pigmen putih yang disebutkan sebelumnya, jarum dapat mengikis kulit.
Baca Juga: Pamer Tato Baru di Bawah Payudara, Artis Disinggung Bilik Asmara
"Ini tidak hanya tentang kebersihan, sterilisasi peralatan atau abahkan tentang pigmen. Sekarang kami menemukan bahwa jarum juga mempunyai dampak pada tubuh," tambah Hiram Castillo, seorang ilmuwan di ESRF.