Anak Alergi Susu Sapi, Ini Tanda, Gejala, dan Solusinya

Kamis, 29 Agustus 2019 | 07:00 WIB
Anak Alergi Susu Sapi, Ini Tanda, Gejala, dan Solusinya
Anak-anak minum susu. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Protein yang terkandung dalam susu sapi merupakan salah satu komponen nutrisi yang memiliki peran penting bagi pertumbuhan anak. Sayangnya, tidak semua anak memiliki kemampuan untuk mengolah protein dari susu sapi dalam tubuhnya.

Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, sekitar 5 sampai 7,5 persen anak Indonesia mengalami gejala alergi susu sapi.

Lalu, apa saja gejala anak yang alergi terhadap susu sapi?

Menurut Konsultan Tumbuh Kembang Anak, Profesor. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), tanda-tanda anak yang memikili alergi susu sapi cukup umum sehingga membutuhkan diagnosis dari ahli.

Baca Juga: Diduga Alergi Susu, Gadis Kecil Ini Meregang Nyawa usai Makan Es Krim

"Gejala alerginya sama seperti alergi debu tungau. Jadi harus diamati kira-kira kenapa, apakah timbul setelah makan atau terpapar sesuatu," tambahnya.

Beberapa gejala yang umum terjadi adalah diare dan munculnya ruam pada bagian tubuh anak sesaat setelah mengonsumsi susu sapi.

Dikutip Suara.com dari laman Hello Sehat, beberapa anak bahkan mengalami gangguan saluran pernapasan seperti bersin dan sesak napas.

Selanjutnya, apa yang harusnya dilakukan jika anak sudah diagnosis alergi susu sapi?

Kata Rini, ada dua solusi yang biasanya ditawarkan. Pertama adalah eliminasi dan provokasi.

Baca Juga: Studi: Alergi Susu Sapi Sebabkan Anak Pendek dan Kurus

Eliminasi dilakukan untuk mencegah anak mengomsumsi produk susu sapi dan turunannya. Meski demikian, Rini mengimbau orangtua untuk selalu memantau tumbuh kembang anak dan harus ada pengganti sumber protein dari produk nabati seperti soya.

Sementara provokasi merupakan upaya 'perlahan-lahan' membiarkan tubuh anak menerima kandungan susu sapi. Provokasi akan aman dilakukan pada anak di atas usia satu tahun dan tidak memiliki reaksi alergi yang berlebihan.

"Coba, tarik ulur, tapi jika gejala timbul lagi, stop," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI