Dear Jokowi, Ini Pesan Praktisi Kesehatan untuk Desain Ibu Kota Baru Nanti

Selasa, 27 Agustus 2019 | 15:00 WIB
Dear Jokowi, Ini Pesan Praktisi Kesehatan untuk Desain Ibu Kota Baru Nanti
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kanan) memberikan keterangan pers terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8). [ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dear Jokowi, Ini Pesan Praktisi Kesehatan untuk Desain Ibu Kota Baru Nanti.

Banyak isu merebak seputar alasan Presiden Jokowi 'kekeuh' memindahkan ibu kota Indonesia ke dataran Kalimantan, dari berlatar politik hingga motif bisnis. Terlepas dari itu, ahli kesehatan meminta Jokowi tetap pertimbangkan aspek kesehatan saat proses pembangunan.

Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Jaya Dr.Em Yunir, Sp.PD-KEMD mengingatkan Jokowi untuk perioritaskan fasilitas kesehatan saat desain ibu kota baru, untuk membuat masyarakat tetap bergerak dan terhindar dari diabetes.

"Kalau mau desain kotanya yang mau mengakomodasi aktifitas fisik, ini kan (diabetes) penyakitnya penyakit mulut, makanan dan aktifitas, dan bagaimana mengakomodasi kesempatan masyarakat untuk bergerak," ujar Dr. Yunir di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (27/8/2019).

Baca Juga: Pakar UGM: Pemilihan Kaltim Sebagai Ibu Kota Tepat

Tidak harus seperti Denmark yang membangun jalan tol untuk sepeda, ibu kota baru nantinya cukup mengutamakan akses pejalan kaki dan jalur untuk para pesepeda, agar mereka mampu nyaman beraktifitas sembari berolahraga.

"Salah satunya ada jalan sepeda ada jalan kaki, itu diutamakan, kan sekarang nggak ada, sepeda aja keserempet. Kemarin pasien saya aja yang dari Korea tiap hari pakai sepeda aja ketabrak," ungkap Dr. Yunir

Tidak seperti di Jakarta yang harus ekstra effort atau berjuang keras untuk mendapatkan makanan sehat, karena mudahnya mengakses restoran fast food yang jadi musuh untuk hidup sehat. Dr. Yunir meminta pemerintah untuk tegas tidak mudah mengizinkan penjual makanan.

"Semua itu perlu di desain, misalnya kebijakannya, nggak boleh ada yang jualan makanan di sini, udah berhenti, mau diapain, sekarang kan nggak ada izin," jelasnya.

Sementara itu di Jakarta sendiri angka penderita Diabetes meningkat dari tahun ke tahun. Data Riskesdas menyebut penderita diabetes pada 2013 sebesar 2,5 persen, kini meningkat jadi 3,4 persen di 2018 dari jumlah penduduk Jakarta 10,5 juta jiwa.

Baca Juga: Konsep Ibu Kota Negara Baru Forest City dan Smart City, Kabel Ditanam

"Saat ini, masih banyak yang terlambat menyadari penyakit diabetes, bahkan 52 pasien diabetes sudah mengalami komplikasi saat terdiagnosa. Sedangkan hanya sekitar 30 persen pasien yang menjalani pengobatan dapat mencapai tingkat HbA1c kurang dari 7 persen, yaitu angka ideal dalam manajemen diabetes," pesan praktisi kesehatan ini untuk Jokowi saat desain ibu kota baru nanti juga perhatikan unsur kesehatan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI