Hal ini menunjukkan siswa yang putus sekolah itu terpapar pada keadaan sosial-ekonomi yang buruk, yang seringkali merupakan menjadi gerbang memasuki dunia kejahatan.
Studi Universitas Northeastern itu juga menunjukkan, seorang siswa SMU yang putus sekolah mengakibatkan kerugian pada masyarakat sebesar 292 ribu dolar semasa hidupnya, karena ongkos-ongkos yang terkait pemenjaraan dan jumlah pajak yang lebih kecil yang mereka bayarkan.
Harian Washington Post melaporkan, dari sekitar tiga juta anak muda yang tamat sekolah menengah tiap tahun, sebagian besar dari dua juta orang yang mendaftar ke perguruan tinggi, akhirnya gagal ditengah jalan. Mereka drop out tidak lama setelah mulai kuliah.
Sejak bertahun-tahun tidak banyak perguruan tinggi yang mengumpulkan statistik tentang siswa yang putus kuliah. Pemerintah federal Amerika bahkan tidak mencatat angka-angka siswa yang lulus perguruan tinggi empat tahun sampai pertengahan tahun 1990-an.
Baca Juga: Pasha, Bocah Miskin Terancam Putus Sekolah Akibat Sistem Zonasi
Pada dasarnya, anak-anak orang kaya cenderung bisa menyelesaikan studi mereka, dibanding anak-anak dari keluarga miskin. Satu dari dua anak muda keluarga yang berpenghasilan diatas 90,000 dolar per tahun diperkirakan bisa mendapat gelar diploma sebelum ia berusia 24 tahun. Tapi bagi anak muda dari keluarga miskin, hanya satu dari 17 orang yang bisa mencapai tahapan itu.