Suara.com - Bahaya Malnutrisi, Bisa Rusak Kualitas SDM dan Ekonomi Indonesia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutip, bahwa dunia menghadapi beban ganda malnutrisi yang ditandai dengan ditemukannya kondisi kurang gizi (undernutrition), kelebihan berat badan (overweight), obesitas dan penyakit tidak menular (noncommunicable disease) yang terkait dengan masalah gizi dan terjadi di berbagai tingkat, baik di tingkat individu maupun masyarakat.
Berdasarkan fakta tersebut, spesialis kesehatan senior dari World Bank Indonesia, Elvina Karyadi menyatakan, jika beban ganda malnutrisi tidak ditangani dengan benar dan segera, hal ini akan memiliki dampak serius pada kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Sebagai contoh, seorang individu dari Indonesia memiliki kelebihan berat badan, namun memiliki penyakit anemia. Hal lainnya, seorang anak tumbuh pendek (stunting) dengan ibu yang memiliki kelebihan berat badan. Di tingkat negara, masyarakat mungkin saja memiliki kecenderungan stunting atau kekurangan zat gizi mikro, namun kecenderungan obesitas dan penyakit tidak menular juga semakin meningkat," ujar Elvina Karyadi dikutip Suara.com dari siaran pers Asian Congress of Nutrition (ACN) 2019 di Bali.
Baca Juga: Jelang HUT RI ke-74, Nicholas Saputra Berbagi untuk Anak Malnutrisi di NTT
Sementara itu, Direktur Institute for International Programs Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Robert E. Black, M.D., M.P.H., menambahkan, ketika anak kekurangan gizi, kekebalan tubuh mereka melemah yang akan membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi. Dalam jangka panjang, asupan gizi yang tidak mencukupi dan seringnya terkena infeksi akan menghambat pertumbuhan, perkembangan motorik dan kognitif anak.
"Kesehatan yang buruk dan perkembangan kognitif yang terhambat memiliki dampak negatif pada kemampuan untuk menyerap informasi dan mengembangkan keterampilan teknis mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Secara makro, isu ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara di mana peningkatan kesejahteraan seseorang menjadi terhambat karena rendahnya kualitas hidup dan rendahnya produktivitas yang diakibatkan oleh malnutrisi," paparnya.
Dalam sesi presentasinya, Elvina bahkan memaparkan bahwa stunting menimbulkan potensi kerugian hingga 10,5 persen terhadap PDB suatu negara. Untuk mengatasinya, pemerintah juga telah menerbitkan Instruksi Presiden No.1/2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang bertujuan untuk membangun kebiasaan hidup sehat pada masyarakat, yang meliputi konsumsi makanan sehat dan bernutrisi, meningkatkan aktivitas fisik dan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
"Untuk melengkapi upaya pemerintah, para pemain industri makanan dan minuman juga didorong untuk terus berinovasi agar dapat menawarkan pilihan yang lebih sehat kepada konsumen, seperti menurunkan kadar gula, garam dan lemak. Para perusahaan makanan dan minuman juga dapat melakukan fortifikasi pangan yaitu penambahan zat gizi (makro dan mikro), sehingga produk yang dikonsumsi oleh masyarakat memiliki nilai gizi yang lebih baik terutama untuk memenuhi zat-zat gizi mikro, mengemas produk mereka dalam porsi yang cukup dan tidak berlebihan, serta menyertakan label gizi yang jelas pada kemasan produk sebagai bentuk edukasi," tandas Elvina.