Suara.com - Mudah Lupa Apakah Termasuk Pikun? Yuk Kenali Ciri yang Harus Diwaspadai.
Seiring bertambahnya usia, berbagai perubahan akan terjadi dalam tubuh seseorang. Termasuk pada bagian otak. Hal ini menyebabkan beberapa masalah pada diri seseorang, salah satunya pikun.
Pikun, menurut dokter spesialis syaraf Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Poppy Kristina Sasmita, adalah kondisi dimana seseorang butuh waktu lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Lebih lanjut, dr. Poppy menerangkan jika pikun sendiri sebenarnya terbagi dua, yakni pikun yang masih terbilang normal, yang pada akhirnya akan mengingat sendiri sesuatu yang dilupakan, serta pikun akibat dari gangguan fungsi kognitif ringan.
Baca Juga: Klinik Kesehatan Haji Madinah Tangani Kasus Tulang Retak Hingga Pikun
"Dalam fungsi kognitif itu ada daya ingat atau memori. Kalau sudah kena gangguan kognitif ringan, seseorang tidak bisa mengingat sendiri, butuh bantuan orang lain. Kalau sudah masuk dalam tahap itu, mesti hati-hati, karena 2-3 tahun kemudian bisa kena demensia," jelas dr. Poppy dalam Talkshow 'Lansia Sehat dan Mandiri' di Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Saat seseorang mengalami gangguan ingatan karena demensia, kata dr. Poppy, biasanya mereka akan mengalami lebih dari satu gangguan kognitif ringan lainnya disamping hilangnya memori.
Gangguan fungsi kognitif tersebut, antara lain, ialah fungsi atensi atau perhatian dan konsentrasinya. Selain itu, ada fungsi orientasi atau tempat. Di mana mereka biasanya akan sulit mengenal tempat yang mereka kunjungi dan mudah tersesat untuk kembali ke tempat awal.
"Mereka yang memiliki gangguan fungsi orientasi ini juga biasanya tidak ingat jam dan hari. Selain itu ada fungsi bahasa, kita bisa komunikasi dengan orang lain, perlu bahasa. Kalau ada gangguan bahasa perlu diperhatikan," jelasnya lagi.
Terakhir adalah fungsi kalkulasi atau menghitung. Biasanya kata dr. Poppy, orang demensia juga sulit menghitung, yang pada akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari. Karena mereka tidak bisa berbelanja, menghitung kembalian dan lain sebagainya.
Baca Juga: 10 Hari Hilang, Kakek Pikun di Sukabumi Ditemukan Tewas di Semak Belukar
Jadi, lanjut dia, seseorang dapat dikatakan menderita demensia, saat mereka memiliki gangguan ingatan ditambah dengan dua gangguan fungsi kognitif ringan, seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Sementara, untuk mengklasifikasikan jenis demensia yang diderita oleh seseorang, kata dr. Poppy harus memerlukan tes tambahan. Apakah demensia tersebut termasuk demensia vaskular, Alzheimer dan lainnya. Karena, dia menekankan, demensia bukan berarti Alzheimer, dan Alzheimer sudah pasti demensia.
"Kalau demensia itu payungnya, penyakit lupa karena gangguan fungsi kognitif tadi. Dari demensia sendiri ada beberapa tipe, salah satunya Alzheimer, yang merupakan adanya kelainan karena perubahan protein di dalam otak. Alzheimer makin lama akan semakin berat dan bisa disebabkan karena genetik," jelasnya.
Sedangkan demensia vaskular biasanya didahului dengan adanya gangguan di pembuluh darah otak dan memiliki faktor pencetus, yakni tekanan darah tinggi, tingkat kolesterol yang tinggi dan kencing manis.
"Sebelumnya biasanya stroke dulu. Jadi bagi yang punya faktor risiko stroke hati-hati karena bisa mengalami demensia vaskular," tutup dia.