Suara.com - Seorang perempuan bernama Novi Sri Wahyuni (21) mengeluh sakit setelah mengonsumsi obat kedaluwarsa yang didapatnya dari Puskesmas Kamal Muara, Jakarta Utara.
Padahal, saat ini kondisi Novi sedang hamil 15 minggu.
"Iya benar, klien kami Ibu Novi Sri, pasien Puskesmas Kelurahan Kamal Muara, diberikan obat yang sudah kedaluwarsa, setelah pasien mendatangi puskesmas untuk komplain atas obat tersebut, karena setelah mengkonsumsi obat tersebut perut terasa sakit/keras, janin sakit, muntah-muntah, dan kepala pusing," ungkap Pius Situmorang kepada Suara.com.
Atas kasus ini, pihak puskesmas mengaku telah lalai dalam melakukan tugasnya.
Baca Juga: Kronologi Ibu Hamil Novi Diberi Obat Kedaluwarsa di Puskesmas Kamal Muara
"Lalu pihak puskesmas atau apoteker mengakui obat tersebut sudah kedaluwarsa saat diberikan dan pegawai puskesmas mengakui bahwa dia lalai," sambungnya.
Dari kasus ini, mari ketahui tentang obat yang sudah kedaluarsa.
![Ilustrasi obat-obatan [shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/09/29/16836-ilustrasi-obat-obatan-shutterstock.jpg)
Berdasarkan laporan Harvard Medical School yang dikutip dari kolom Psychopharmacology Today, tanggal kedaluwarsa merupakan tanggal di mana produsen masih dapat menjamin potensi penuh dan keamanan obat.
Berdasarkan penelitian Food and Drug Administration (FDA) terhadap pasukan militer yang membutuhkan obat-obatan, 90% dari 100 lebih obat, baik yang diresepkan maupun yang dijual bebas, sangat baik digunakan bahkan 15 tahun setelah tanggal kedaluwarsa.
Jadi tanggal kedaluwarsa tidak benar-benar menunjukkan titik di mana obat tidak lagi efektif atau menjadi tidak aman untuk digunakan.
Baca Juga: Wanita Hamil Muntah-muntah Dikasih Obat Kedaluwarsa, Dinkes DKI Minta Maaf
Otoritas medis menyatakan jika obat yang kadaluwarsa aman untuk dikonsumsi, bahkan obat yang kadaluarsa bertahun-tahun lalu.
Menempatkan obat di tempat yang dingin, seperti lemari es, akan membantu obat tetap manjur selama bertahun-tahun.

Hal ini juga disebut oleh kepala departemen praktik farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Connecticut, C. Michael White, yang dilansir dari VICE.
"Singkatnya, jika itu adalah tablet atau kapsul dan sedang digunakan untuk penyakit tidak serius, di mana hasil dari sub-potensi tidak menghancurkan, itu mungkin oke untuk mengonsumsinya hingga satu atau dua tahun setelah berakhirnya tanggal," ujarnya.
Meski begitu, jika masih was-was dengan tanggal kedaluwarsa, White mempunyai beberapa saran.
- Buang obat-obatan yang terlihat berubah, seperti warna berubah, berjamur atau hancur.
- Perhatikan obat cair, baik yang disuntikkan atau diteteskan ke mata.
- Kemungkinan ada beberapa obat-obatan yang kehilangan efeknya sehingga menurunkan potensi obat, seperti teofilin; kontrasepsi oral; dan obat-obatan untuk epilepsi, penyakit jantung, dan masalah tiroid.
Menurut seorang dokter dan direktur pengembangan dan pendidikan di Med School Tutors, Christopher Carrubba. antibiotik juga rumit.
"Dengan mengobati infeksi secara tidak optimal, Anda akan mendapatkan resistensi antibiotik," jelas Carrubba.
Ia menjelaskan, bakteri akan menjadi resisten terhadap obat antibiotik ketika dihadapkan dengan obat yang 'sudah lemah'.